Tampilkan postingan dengan label Video. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Video. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Mei 2013

7 Penyandang cacat yang luar biasa di ajang pencarian bakat

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Namun, kekurangan yang ada bukan untuk disesali karena kita bisa banyak belajar dari kekurangan yang ada untuk menjadi sosok yang lebih baik.
Seperti halnya 7 orang ini, keterbatasan fisik bukanlah halangan mereka untuk berkarya, decak kagum hingga tangis haru dari para penonton mengiringi kehebatan mereka, kekurangan menjadi motivasi mereka untuk membuktikan siapa sebenarnya mereka. 


1. Yohana Febrianti, X-Factor Indonesia 2013
Keterbatasan fisik tidak menghalangi langkah seseorang untuk meraih prestasi. Ini juga yang dialami Yohana Febianty. Gadis tuna netra ini terus melangkah pada babak audisi final nasional X Factor Indonesia, bersaing dengan orang normal lainnya. Joe menunjukkan sesuatu yang berbeda. Ketika masuk ke panggung, Joe mesti dituntun oleh salah seorang kru.
Kondisi itu membuat tiga juri, Bebi ”Romeo”, Rossa, dan Ahmad Dhani bertanya-tanya. Joe pun menjelaskan kepada dewan juri bahwa kedua matanya tidak bisa melihat, akibat penyakit Glaukoma yang dideritanya. Seketika itu, empati ditunjukkan lewat ekspresi ketiga dewan juri. Tapi, ketiga juri kembali dibuat terhenyak ketika melihat penampilan Joe saat menyanyikan lagu Listen, yang pernah dipopulerkan Beyonce.
Dari awal lagu, suara ”berat” Joe sudah mampu mengundang kekaguman mereka yang menyaksikan X-Factor. Sempat ada ”insiden”, dimana ketika menginjak bagian reff, Joe kehilangan fokus karena menangis. Melihat kejadian itu, penonton secara spontan bertepuk tangan untuk menyemangati gadis berusia 22 tahun tersebut. Kemampuannya menjangkau nada-nada tinggi mendapat applaus dari penonton yang menyaksikan secara langsung di studio.
Bisa ditebak, ketiga dewan juri pun sepakat untuk meloloskan Joe ke babak selanjutnya. Bebi pun terlihat emosional melihat penampilan Joe saat itu. ”Mulai sekarang, kalau ada orang yang menghina kamu, suruh dia telpon saya,” kata Bebi yang dikenal sebagai pencipta lagu-lagu laris di tanah air ini.


2. Lius, Master Chef Indonesia 3, 2013
Meski memiliki kekurangan karena merupakan penderita tuna rungu, Lius kontestan Master Chef Indonesia season 3 banyak membuat orang kagum. Bahkan Desi, Jawara Master Chef Indonesia mengaku salut dengan keahlian memasak yang dimiliki Lius.
Terlihat di tayangan audisi Master Chef Indonesia Season 3, beberapa waktu lalu, peserta berkacamata muncul dengan signature dish-nya. Dia juga membawa sebuah karton bertuliskan “Maaf saya anak tuna rungu, tapi jangan khawatir saya bisa membaca gerakan bibir”. Sontak, dia menarik perhatian ketiga juri Master Chef Indonesia Season 3, yakni Chef Degan, Chef Marinka, dan Chef Arnold.
"Saya kagum dan salut, ketika melihat aksi Lius dalam memasak, walaupun menderita tuna rungu tapi punya kemampuan yang luar biasa," ucap Desi MasterChef Indonesia, Menurutnya, dengan memiliki keterbatasan itulah membuat Lius bisa menyemangatkan dirinya untuk bisa bertarung di kompetisi memasak MasterChef Indonesia. Terlebih, skill memasaknya pun sudah terlihat ketika mengolah masakan yang diberikan oleh ketiga juri, baik itu Chef Degan, Marinka, serta Arnold.
“Lius itu punya spirit yang tinggi dalam memasak dan itu tidak dimiliki kontestan lainnya, sebab untuk bisa menghasilkan masakan yang baik maka harus punya passion memasak yang tinggi pula," sambung Chef Marinka. Dengan hadirnya Lius, maka bisa menjadi batu loncatan bagi banyak orang. Meski memiliki kekurangan, tetapi Lius bisa jadi contoh teladan untuk siapapun.
"Lihat saja Lius, dia memiliki kekurangan tapi kekurangan itu tak pernah diperlihatkan. Yang terlihat adalah kemampuan memasaknya yang luar biasa," tutupnya.


3. Heni Candra Hidayah, Indonesia Got Talent 2010
Salah satu diantara sekian banyak orang cacat yang memiliki segudang prestasi adalah Heni Candra Hidayah. Siswi kelas XII jurusan Kejuruan Musik-SLBN A Pajajaran Bandung ini berprestasi di bidang tarik suara. Salah satu prestasi terbaik yang ia raih adalah Top 12 dalam ajang pencarian bakat Indonesia Got Talent 2010 yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta terkemuka. Sederet prestasi lain yang ia peroleh adalah juara pertama Lomba Kreativitas Siswa khusus Tuna Netra tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat, juara Harapan 1 Lomba Tarik Suara tingkat Nasional di Surabaya, juara kedua Lomba Baca Puisi dalam rangka Hari Anak Nasional dan juara ketiga Lomba Baca Al-Qur’an Braile tingkat Nasional di Cirebon.
Lahir dari keluarga yang secara ekonomi bisa dibilang ‘biasa saja’ serta dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Justru inilah yang menjadi alasan mengapa ia bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. “Saya ngak mau orang lain hanya mengasihani saya, saya ingin orang lain menghargai saya sama seperti kepada orang normal lainnya. Saya ingin orang melihat saya karena prestasi yang saya raih, bukan karena ia kasihan melihat saya tidak bisa melihat”, ujarnya dengan nada lantang.
Perempuan yang lahir di Bandung, Agustus 1990 ini telah menetap di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung sudah hampir 8 tahun lamanya Saat ini Heni tengah sibuk dengan kegiatan belajarnya karena sebentar lagi ia akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional. Ia berharap, setelah lulus SMA ini, ia dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. “Saya ingin masuk UIN (Universitas Islam Negeri-red), saya nanti akan masuk Fakultas Dakwah karena saya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru di sekolah dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji”, ucapnya.. “Ya saya nantinya ingin membantu teman-teman tuna netra lainnya untuk selalu giat belajar dan menyemangati mereka bahwa walaupun kita tidak bisa melihat, tetapi kita juga punya kelebihan lain", ucapnya.


4. Ridho Kusuma, Audisi Indonesian Idol 2012
Sebagai satu-satunya kontestan tunanetra di babak eliminasi 1, Ridho kusuma boleh berbangga hati menapaki panggung eliminasi 1 dan bersaing dengan para peserta lain yang tampil nyaris sempurna.
Pemilik nama lengkap Ridho Kusuma ini membawakan tembang 'Lagu Kita', lagu yang sama yang ia persembahkan di babak audisi. Mendapat dukungan dari keluarga, terutama sang kakak membuat Ridho cukup percaya diri ketika tampil dihadapan juri Triple A. Tak hanya itu, para kontestan lainnya pun menyaksikan murid SLB ini unjuk kebolehan.
Tak jelek memang, namun sayang ia tak lolos ke babak eliminasi selanjutnya. "Aku bersyukur sudah bisa sampai disini, kepada semua yang telah mendukung aku aku ucapkan terima kasih, buat orang tua dan keluargaku aku sayang kalian," ujarnya datar usai turun dari panggung.
Indonesian Idol memang selalu memberikan kesempatan bagi yang tidak memiliki kesempurnaan fisik untuk menunjukkan bakat mereka. Ini terbukti, bahwa ajang ini tak pilih kasih, pilih status, maupun pilih kasta.


5. Siti Halimah, Finalis Dangdut Mania 2007
Tukang Pijat Tunanetra Berubah Jadi Selebriti, wanita ini menyingkirkan dua pesaingnya di final Dangdut Mania. Banyak jalan menuju Roma. Rasanya, pribahasa lawas itu cukup dalam untuk memadankan bagaimana Dangdut Mania yang tayang di layar kaca TPI telah mengubah nasib seorang tukang pijat tunanetra menjadi orang yang populer layaknya selebriti. Medianya, tentu saja, lewat Kontes Musik Dangdut.
Adalah Siti Halimah, ibu beranak satu yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang pijat kelahiran Pati, 24 September 1972, yang telah membuktikan kebenaran pribahasa Banyak Jalan Menuju Roma, tadi. Lewat program variety music show, Siti Pijit begitu nama panggung yang dilekatkannya telah menjelma sebagai seorang pesohor gara-gara melantunkan musik dangdut.
Di acara puncak Grand Final Dangdut Mania, Siti berhasil menyingkirkan dua kompetitornya Jupri Asong dan Agus Kenek. Siti dinisbatkan sebagai jawara setelah meraup polling SMS pemirsa sebanyak 38,62 persen. Sementara Jupri Asong dan Agus Kenek masing-masing mengumpulkan 32,72 persen dan 28,66 persen SMS. Berkat popularitasnya di mata pemirsa TPI itu, Siti Pijat berhak menggondol uang sebesar Rp 50 juta.


6. Fiersha Hanifah, Mamamia Show 2007
Fiersha Haniha, kisah gadis belia penderita tuna netra di acara Mamamia Show. Dengan kekurangannya, ia berusaha menggapai cita-citanya menjadi penyanyi terkenal. Meski ejekan "buta" seringkali ia terima dari teman sebaya saat jajan di warung depan rumahnya. "Aku mulai menyanyi sejak umur dua tahun," katanya penuh percaya diri.
Fiersha memang gadis yang diberi kekurangan. Tapi itu bukan halangan. Bersama ibunya, Mama Ace, ia sering mengikuti lomba menyanyi di Bandung. Hingga kini, 9 piala dari lomba nyanyi sudah ia koleksi. Kehebatan Fiersha bukan hanya nyanyi. Pendidikan pun, Fiersha tak mau kalah dengan anak-anak normal. Buktinya ia bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) umum di Bandung, meskipun dengan bantuan huruf braille.
Sebelumnya, ketika Fiersha lahir Mama Ace merasa malu, karena puterinya diberi kekurangan. Apalagi, Fiersha anak pertamanya. Enam bulan lamanya Mama Ace sedih dan kecewa. Hingga akhirnya ia tersadar, di balik kekurangan Fiersha, ternyata Tuhan menitipkan sebuah anugerah teramat indah. "Sekarang aku berusaha untuk mendukung keinginan Fiersha. Dia salah satu permata hatiku. Kalau menyanyi adalah dunia yang ingin ia tekuni, aku akan selalu mendukung," kata Mama Ace.


7. Yana Mulyana, Radio Show 2012
Kang Yana Mulyana, dengan keterbatasannya menyandang tuna daksa, beliau sangat ahli dalam memainkan gitar, simak saja skil permainan gitar beliau dari Jimi Hendrix hingga Yngwie Malmsteen, membuat decak kagum penonton di sekitarnya. Bolehlah saya menyebut beliau sebagai "Dewa Gitar Sejati"


Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
(QS. Al-Mulk:23)



videos by: youtube.com

7 Penyandang cacat yang luar biasa di ajang pencarian bakat
sources:
http://indramufarendra.wordpress.com/
http://www.okefood.com/
http://www.kaskus.co.id/
http://www.indonesianidol.com/
http://www.infoanda.com/
http://manzaboy.blogspot.com/
http://indramufarendra.wordpress.com/
bilamana ada kesalahan, mohon di ralat, terima kasih

Kamis, 09 Mei 2013

Kisah anak-anak inspiratif dari Indonesia

Mungkin masih banyak Tasripin-Tasripin lain atau Sinar-Adit yang lain di bumi Indonesia ini yang belum terjamah oleh media. Dibalik dera kemiskinan yang mereka hadapi, mereka bertahan karena rasa kasih sayang terhadap keluarga yang mereka miliki. Kisah mereka patut dijadikan sebuah tauladan bagi kita semua. 


1. Tasripin
Tasripin
Kisah Tasripin yang berubah kehidupan ekonominya setelah mendapatkan perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sungguh mengharukan.
Anak kecil yang terpaksa bekerja sebagai buruh tani demi menafkahi adik-adiknya itu telah mendapatkan berbagai santunan. Di usia baru 13 tahun, Tasripin sudah bekerja keras menghidupi tiga adiknya. Di sebuah sudut Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Tasripin meninggalkan bangku sekolah karena tak mampu membayar SPP dan memilih bekerja di sawah orang demi memberi makan Dandi (7), Riyanti (6) dan Daryo (4).
Mereka menempati sebuah rumah berdinding kayu berukuran 5 kali 7 meter per segi. Ayah dan kakak tertua mereka merantau ke Kalimantan, sementara ibu mereka meninggal setahun yang lalu tertimpa longsor. Alhasil, tinggallah empat kakak-beradik itu bertahan hidup seadanya.
Warga sekitar yang bersimpati pada mereka kerap memberi makanan, baju dan uang. Tawaran untuk mengasuh mereka juga datang, namun Tasripin menolak. Tasripin terpaksa harus merawat tiga adiknya karena Satinah, sang ibu, telah meninggal dunia setahun yang lalu karena tertimpa longsoran tanah saat tengah bekerja mencari pasir. Sementara ayah dan kakak mereka telah merantau jadi buruh di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
Tasripin pun harus bekerja serabutan agar sang adik dapat membeli jajan dan makan. Selain bekerja, pagi hari, Tasripin sudah harus mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Dari mulai mandi, mencuci baju adik-adiknya, menyiapkan makan, dan lalu pergi bekerja.
Keberadaan mereka pun akhirnya terungkap luas setelah muncul berita di media massa lokal. Kini, Tasripin telah mendapatkan rumah yang layak, lengkap dengan berbagai fasilitas. Usaha ternak kambing, yang sempat diidamkan Tasrpin pun terkabul. Yang tak kalah penting, sebentar lagi Tasripin dan adik-adiknya dapat melanjutkan sekolah.


2. Indah Sari
Indah sari
Namun, tak semua anak yang terpaksa membanting tulang sebagaimana Tasripin mendapatkan uluran tangan serupa. Di hari pendidikan nasional yang diperingati 2 Mei lalu, terungkap sejumlah anak yang memiliki kisah memprihatinkan.
Indah Sari, siswi SMP Negeri 4 Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah, menuturkan bahwa dia harus mengurus tiga adik dan ibunya yang mengalami gangguan jiwa.
Warga Desa Penusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah itu tak menempati rumah sendiri. Tetapi, menyewa rumah yang berdiri di atas tanah bengkok desa. “Uang sewa sebesar Rp4 juta, namun karena tidak memiliki uang hingga kini baru dibayar Rp1 juta,” kata Indah.
Sampai saat ini, Indah harus menyelesaikan bayar sewa tanah yang saat ini digunakan untuk rumah tempat dia, ketiga adik dan ibunya tinggal.
Kepala Desa Penusupan Imam Yulianto membenarkan, sampai saat ini tanah bengkok desa yang digunakan keluarga Indah Sari disewa dengan kesepakatan harga lelang. “Biaya sewa sampai kini masih kekurangan Rp3 juta rupiah,” katanya.
Indah tidak tahu bagimana cara melunasi kekurangan pembayaran sewa tanah 5 x 6 meter milik desa yang digunakan untuk tempat berlindung bagi dirinya, adik serta ibunya.
Kepala SMP Negeri 4 Rembang, Sumarmo, prihatin dengan kondisi siswinya. Dia hanya bisa membantu sebisanya. Pihak sekolah telah membantu biaya sekolah Indah Sari di kelas IX dan dua adiknya, Supriyati Astuti dan Juliah di kelas VII, dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). "Selain itu, kami para guru juga biasanya menyisihkan rejeki untuk membantu biaya hidup Indah Sari," kata Sumarmo.
Meski beban hidup Indah Sari begitu besar, namun ia tetap tegar. Setiap hari, Indah Sari selalu mengajak adiknya, Supriyanti Astuti dan Juliah tetap sekolah. Sementara, adiknya yang baru berumur 5 tahun harus menemani sang Ibu, Tarmini, yang mengalami gangguan jiwa.

Selanjutnya sepulang sekolah, Indah Sari harus bekerja menjadi buruh plasma di perusahaan rambut bulu mata palsu dengan upah Rp150 per bulan. Meski hasil yang didapatkan tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya, namun tidak ada pilihan lain baginya. Ia harus tetap menjalani hidup tanpa mengeluh.
Indah sebenarnya memiliki seorang kakak laki-laki. Namanya Tanto Purnomo. Tapi, dia sedang merantau ke Kalimantan, bekerja di sebuah bengkel. Beruntung, Tanto masih sering mengirim uang ke rumah, sekitar Rp300 ribu per bulan. Tiap bulan, jumlah itu masih harus dipotong Rp100 ribu untuk membayar cicilan utang almarhum ayahnya.
Ayah Indah, Warsito, meninggal dunia setahun yang lalu karena sakit. Sementara ibunya, Tarmini, mengalami gangguan jiwa karena tak kuat menanggung beratnya beban keluarga.
Indah tinggal di Desa Penusupan, Kecamatan Rembang. Purbalingga, Jawa Tengah. Kondisi rumahnya compang-camping dan nyaris roboh. Dinding rumahnya hanya terbuat dari papan dan anyaman bambu yang kini mulai lapuk. Saat hujan tiba, atap rumah itu mesti bocor, membuat lantai yang terbuat dari tanah jadi becek di mana-mana.
Di dalam juga kumuh. Baju Indah dan ketiga adiknya hanya dibiarkan teronggok di tempat tidur. Karena tidak punya lemari, sebagian dimasukkan saja ke dalam kardus lusuh. Untuk makan sehari-hari, Indah biasanya memasak sayur daun singkong yang diambil dari kebun tetangga. Jika stok makanan menipis, dia biasa mensiasatinya dengan makan cuma satu kali sehari.
Meski harus pontang-panting membanting tulang di umur semuda itu, di sekolah Indah dikenal sebagai siswi berprestasi. Murid kelas IX itu masuk kategori 10 siswa terbaik di sekolahnya.


3. Muhammad Said
 Muhammad Said, seorang siswa kelas VI SD Mimbaan I Situbondo, Jawa Timur. Masa kecilnya harus diisi dengan dua kegiatan, yaitu belajar dan menjadi pemulung. Dia bekerja sebagai pemulung untuk membiayai kebutuhan empat adik dan satu kakak perempuannya.
Tanpa ada rasa malu, Said memulung usai sekolah. Masih berseragam putih merah dikaisnya sampah. Dia tak mengganti seragam sekolah terlebih dahulu agar pekerjaannya cepat selesai. Sebab, pekerjaan lain telah menantinya di rumah. Dikumpulkannya sampah layak daur ulang dalam kantung palstik. “Sehari dapat dua kresek (kantung plastik) kadang satu,” katanya.
Berapa yang didapatnya? Dari memulung, dia mendapatkan penghasilan Rp20-40 ribu per hari. Tapi itu pun tak menentu sesuai dengan barang yang dia dapatkan di sekitar jalan menuju rumahnya.
Menjadi pemulung terpaksa dilakukannya untuk bisa membantu biaya hidup empat adik dan satu kakaknya. Sang ibu diketahui bekerja sebagai TKI di luar negeri, sedangkan ayahnya tidak memiliki pekerjaan tetap.
Sehari-harinya keluarga Said harus hidup serba pas-pasan. Mie dan tempe kecap jadi menu rutin santapan mereka makan.
Bagaimana kedua orang tuanya? Ibu Said bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia sektor informal di luar negeri. Sementara, ayahnya tak memiliki pekerjaan tetap.


4. Sinar
sinar pahlawanku
Sinar Pahlawanku, sebuah lagu dari band ST12 yang terispirasi dari kisah nyata Sinar, nama bocah belia itu menampakkan bakti, cinta dan kasih sayangnya pada sang bunda, mengabaikan masa kecilnya pada saat anak-anak seusianya menghabiskan waktunya dengan bermain, sementara ia harus berada di samping bundanya yang sakit sejak dua tahun lalu.
Rumah Murni, nama ibu yang lumpuh ini terletak Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Walau tampak jauh dari keramaian kota, tapi rumah Murni juga tidak luput dari keramaian Pemilu lalu. Terbukti dengan banyaknya sticker partai dan caleg yang tertempel di dinding rumah kayu sangat sederhana itu. Tapi sepertinya para politisi dan kader partai itu abai dengan apa yang terjadi di tengah keluarga miskin ini. Para tetanggalah yang terkadang memberikan bantuan ala kadarnya untuk Murni dam putrinya, Sinar. Karena suami Murni sendiri merantau ke Malaysia.
Sinarlah yang membantu dan menemani ibunya selama ini. Mulai dari memindahkan atau menggeser tubuhnya, masak, makan, minum, mandi hingga buang air. Semua itu ia kerjakan sendiri dengan penuh cinta. Tayangan yang ditampilkan SCTV ini bahkan sanggup meruntuhkan air mata mereka yang menyaksikannya. Ada rasa iba dan takjub sekaligus melihat bocah usia 6 tahun yang tampak penuh tanggung jawab melakukan tugas mulianya, sambil mengusap mesra pipi ibunya.
Bocah kelas satu Sekolah Dasar ini bahkan kerap terlambat ke sekolah karena harus mengurus ibunya. Begitu pula setelah pulang sekolah. Nyaris seluruh waktunya telah ia persembahkan bagi ibunya yang sakit parah. Walaupun Sinar memiliki lima orang kakak dan juga belum dewasa, namun mereka semua tinggal terpisah dengannya. Faktor ekonomi membuat mereka menjadi pembantu rumah tangga.


5. Muhammad Aditya
aditya
Setiap hari ia melakukan semua pekerjaan rumah tangga layaknya orang dewasa, di sebuah rumah kontrakan di daerah Jombang, Jawa Timur. Mencuci, menyapu, mengepel, memasak, memandikan ibunya dan juga beberapa pekerjaan rumah tangga lainnya telah menjadi rutinitasnya setiap hari sejak dia berumur 3 tahun. Kadang memang ada tetangga yang membantu Aditya jika ia benar-benar tidak mampu untuk melakukan pekerjaan itu, misalnya memperbaiki listrik di rumah kontrakannya.
Muhammad Aditya, bocah 5 tahun (2011) asal Kabupaten Nganjuk Jawa Timur harus merawat ibunya yang lumpuh.
Menempati rumah kontrakan di Jl Wilis gang IIA Lingkungan Jarakan Kelurahan Ganung Kidul Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, Adit, demikian Muhammad Aditya biasa disapa, menjadi perawat ibunya saat sang ayah menjalankan aktivitas pekerjaan di luar kota. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian, hingga menyiapkan air mandi untuk sang ibu yang hanya bisa terbaring di kasur, dengan tulus dilakukannya, "Subhanallah. Kalau Adit tidak melakukan ini, saya tidak tahu bagaimana kehidupan ini bisa saya jalani," kata Sunarti, ibu kandung Adit.
Adit adalah anak satu-satunya yang dimiliki Sunarti dari pernikahannya dengan suami kedua yakni Rudi (45) asal Jombang. Dari pernikahan pertamanya wanita asal Tambak Sawah, Sidoarjo dikaruniai 3 anak laki-laki, yang saat ini sudah tinggal terpisah darinya.
Kisah pilu itu mulai terjadi saat Adit berusia setahun, tanpa sebab yang pasti mendadak Sunarti tak lagi bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Bahkan organ tubuh dari pinggang ke bawah saat ini sudah tak lagi berfungsi.
Saat ini Sunarti sepenuhnya menggantungkan hidupnya kepada Adit, meski dengan segala keterbatasan yang ada. Rudi, suaminya saat ini hanya pulang seminggu hingga dua minggu sekali untuk mengantarkan uang hasil bekerja, selebihnya banting tulang di luar rumah.
"Saya tidak pernah menyuruh dan tidak pernah memintanya melakukan. Seperti menyalakan lampu, saya hanya bilang kalau menggunakan kursi nanti bisa jatuh, gunakan saja sapu untuk menekan saklar, dan dia bisa melakukannya sendiri," beber Sunarti mengenai apa yang dilakukan anaknya.
Sementara Adit, mengaku sama sekali tidak mengeluh. Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, Adit mengaku melakukan semua pekerjaan itu karena rasa sayangnya kepada sang ibu. "Kasihan ibu atit (sakit)," kata Adit lirih, saat ditanya mengenai kelumpuhan ibunya.


6. Riana Mariati
Kekerasan mental terhadap dialami Riana Mariati, bocah kelas lima sekolah dasar di Pati, Jawa Tengah. Ia terpaksa merawat sang ibu Rasmini yang lumpuh sejak lima tahun silam. Sementara sang ayah memilih untuk menikah lagi hingga Riana hidup telantar.
Riana harus memasak dan menyuapi Rasmini sebelum ke sekolah. Sementara teman-temannya bermain saat istirahat sekolah tiba, Riana harus kembali ke rumah untuk merawat ibunya. Kondisi ini ia jalani sejak duduk di kelas satu SD. Tak jarang pula Riana dan Rasmini makan dari belas kasihan tetangga yang peduli dengan mereka.
Kisah Rasmini lumpuh berawal saat bekerja sebagai buruh di kebun tebu. Saat mengangkat tebu, ia terjatuh dan tiba-tiba badannya terasa sakit dan tak bisa berdiri lagi. Menurut Rasmini, ia sudah berusaha berobat untuk kesembuhannya. Bahkan pernah dirawat di Rumah Sakit Tayu, Pati. Tapi karena tak mempunyai biaya untuk operasi, ia harus pulang dan hanya bisa pasrah dengan musibah ini. Jangankan dioperasi, untuk pengobatan biasa saja biaya dipungut dari sumbangan warga.
Kisah Riana tentu mengingatkan pada Sinar, anak perempuan berumur tujuh tahun yang juga harus merawat ibunya yang lumpuh seorang diri di Polewali Mandar, Sumatra Barat. Kisahnya yang disorot media membuat nasibnya berubah drastis. Berbagai pejabat mulai tingkat daerah hingga Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar pun memberi perhatian khusus.


Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S An Nisaa': 36)

videos by: http://www.youtube.com

backsound by: Charly ST12 - Sinar jangan menangis
sources:
http://m.news.viva.co.id/
http://sosbud.kompasiana.com/
http://lifestyle.kompasiana.com/
http://old.kaskus.co.id/
http://www.youtube.com/
bilamana terdapat kesalahan, mohon diralat, terima kasih

Senin, 22 April 2013

10 Cara unik merayakan kelulusan sekolah yang positif

Satu "tradisi" yang sering dijumpai dalam perayaan kelulusan sekolah adalah aksi corat-coret baju seragam.  Entah sejak kapan aksi corat-coret tersebut menjadi tradisi. Seiring dengan maraknya aksi tersebut, acap kali dijumpai tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat, seperti mengganggu ketertiban umum, membuat keonaran.
kelulusan sekolah
Namun dibalik tradisi yang melekat sekian lama tersebut, ada beberapa hal yang dilakukan oleh siswa-siswi sekolah yang melakukan kegiatan positif dalam merayakan kelulusan mereka... 


1. Bagi-bagi Sembako
bagi sembako
Siswa SMA Negeri 3 Lumajang, Sabtu siang, 26 Mei 2012, membagikan sembako kepada para tukang becak sebagai wujud rasa syukur atas kelulusan mereka. Apalagi sebagai 244 siswa di sekolah tersebut semuanya lulus. “Bingkisan sembako tersebut dibeli dengan uang hasil pengumpulan uang saku para siswa,” kata Kepala SMA Negeri 3 Lumajang Widowati Tjindarsih.
Sebelumnya para siswa dikumpulkan di musala sekolah. Mereka diberi wejangan agar tidak melakukan aksi hura-hura serta corat-coret pakaian seragam. Acara kemudian dilanjutkan dengan sujud syukur yang pimpin oleh seorang guru.
Dalam suasana penuh keriangan, para siswa kemudian melaksanakan bakti sosial dengan membagikan bingkisan kepada para abang becak. Bingkisan berisi beragam bahan makanan, seperti mi instan, beras, gula, serta minyak goreng. Lebih dari 100 tukang becak yang sehari-hari mangkal di Jalan Panjaitan, Kota Lumajang, terlihat antre untuk mendapatkan jatah bingkisan.


2. Ziarah Makam Walisongo & Makam Pahlawan
ziarah
Ada yang tak pernah berubah pada para pelajar MA Qudsiyyah Kudus, dari dulu hingga sekarang, yakni terkait perayaan kelulusan. Di mana, para pelajar MA Qudsiyyah Kudus tak pernah sekalipun dengan hura-hura ataupun corat-coret pakaian, seperti yang dilakukan pelajar sekolah lainnya. Justru, kelulusan dilakukan dengan cara yang sederhana namun tak mengurangi rasa syukur atas kelulusan tersebut.
Mayoritas siswa melakukan ziarah pada tiga wali dari sembilan wali di Jawa yang kondang dengan sebutan Walisongo. Ketiga wali tersebut, masing-masing Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga. ''Selesai pengumuman itu juga kita bareng-bareng pergi ziarah hingga tengah malam,'' terang M Hasan, siswa lain yang juga lulus dengan nilai 47,00.
Santri Pondok Pesantren Raidlatul Muta'allimin, Jagalan, Langgar Dalem Kudus itu menjelaskan, usai menerima kelulusan, kemudian para siswa ziarah ke Sunan Kudus, dilanjutkan ke sunan Muria dan juga Sunan Kalijaga di Demak. ''Ziarah ke tiga sunan ini menjadi hal yang terus dilakukan,'' kata Hasan.
SMK 17 Temanggung mengumumkan kelulusan sekolah pada siswanya di Taman Makam Pahlawan Prayudha Mudal, Sabtu (26/5). Setelah pengumuman, para siswa diwajibkan menggelar doa serta melakukan tabur bunga kepada para pahlawan.
Ziarah dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB, usai menggelar rapat penegasan kelulusan siswa yang dilangsungkan di sekolah. Begitu rapat selesai, siswa langsung digiring ke Taman makam pahlawan yang berjarak 5 kilometer dari sekolah. Disini, pengumuman dilakukan khusus bagi siswa.
Gelar doa dilakukan dengan duduk bersila yang dipimpin guru agama, Iswalsi. Setelah selesai berdoa, mereka menaburkan bunga di setiap pusara di makam pahlawan tersebut.


3. Donor Darah
donor darah
Merayakan kelulusan ujian nasional identik dengan aksi corat-coret baju seragam dan konvoi kendaraan di jalan raya. Namun, berbeda dengan siswa-siswi di SMA Negeri 1 Pajangan, Bantul.
Mereka justru merayakan kelulusan dengan kegiatan aksi donor darah, memberikan santunan ke anak yatim, dan berkunjung ke pasien miskin di Rumah Sakit Daerah Penembahan Senopati, Senin (16/5/2011).
Sebelum mengikuti kegiatan tersebut, semua siswa mengawali dengan sujud syukur di mushala sekolah. "Kegiatan ini sengaja kami lakukan agar perayaan kelulusan di sekolah kami lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain," kata Wakil Kepala Sekolah Heri Supartono.
Aksi corat-coret, menurut Heri, tidak banyak memberikan manfaat. Bahkan, konvoi kendaraan bermotor dengan suara knalpot yang keras justru sering dikeluhkan masyarakat.
Heri menjelaskan, 103 siswa dibagi menjadi tiga kelompok dengan tugas terpisah. "Kelompok pertama akan mendatangi panti asuhan anak yatim untuk memberikan santunan, kelompok kedua akan berkunjung ke Rumah Sakit Panembahan Senopati untuk mengunjungi pasien miskin, dan kelompok ketiga akan mendonorkan darahnya di PMI," kata Heri.
Tahun ini semua siswa kelas XII yang terdiri dari 53 putra dan 50 putri berhasil lulus 100 persen. Sementara itu, secara umum Bantul meraih predikat angka kelulusan tertinggi di Provinsi DIY untuk kali yang keempat sejak tahun 2008.


4. Menyumbangkan Seragam
sumbang seragam
Corat-coret seragam saat lulusan sekolah bukan zamannya lagi, itulah prinsip siswa SMA 7 Kota Kediri. Bertepatan pengumuman kelulusan, para siswa kelas 3 beramai-ramai menyumbangkan seragamnya ke adik kelas yang membutuhkan.
Di hadapan ratusan adik kelasnya, para siswa yang lulus melucuti seragam yang dipakai dan membuat sorak ramai para siswa yang memberi dukungan. Untuk menarik siswa menyumbangkan seragamnya, pihak sekolah bekerjasama dengan penggemar club sepak bola Itali AC Milan atau milanisti Indonesia di Kediri.
Baju-baju seragam diserahkan dengan ditukar sticker AC Milan yang kemudian seragam akan diserahkan kepada siswa yang membutuhkan.


5. Konvoi Sepeda, Ramah lingkungan & tidak bising
konvoi
Cara unik dilakukan ratusan pelajar SMAN 1 Situbondo merayakan pesta kelulusan, Sabtu (26/5/2012). Saat dinyatakan lulus, sebanyak 316 siswa SMAN setempat langsung corat-coret baju seragam dan turun ke jalan.
Mereka menggelar konvoi keliling Kota Situbondo. Hanya saja, konvoi yang dilakukan tidak menimbulkan kebisingan karena hanya menggunakan sepeda onthel. Meski hanya mengayuh sepeda pedal, arak-arakan pelajar ini tetap dikawal polisi.
Tak heran, cara menarik siswa SMAN 1 Situbondo merayakan kelulusan itu mengundang perhatian warga hingga banyak yang menonton. Aneka macam model sepeda onthel digunakan para siswa mengikuti konvoi, mulai dari jenis sepeda kuno, sepeda mini yang dimodifikasi, sepeda gunung, dan jenis sepeda onthel lainnya.


6. Doa Bersama
doa bersama
Megi, siswa SMK swasta yang mengikuti doa bersama ini mengatakan, dengan merayakan kelulusan secara doa secara bersama dipandang lebih santun dan baik daripada berhura-hura di jalanan dan mencoret baju.
Kegiatan doa ini merupakan inisiatif siswa yang didukung pihak sekolah dengan menyediakan fasilitas tempat dan ikut bersama-sama siswa berdoa.
Ia mengaku sebelumnya telah ada arahan dari sekolah untuk tidak berlebihan dalam merayakan kelulusan.
“Selama tiga tahun berjuang dan belajar di bangku sekolah, dan akhirnya dinyatakan lulus. Ini patut disyukuri dengan melakukan doa sebagai ungkapan rasa syukur, dan lebih baik daripada lakukan kegiatan yang mubazir dan berlebihan,” kata Megi.


7. Alternatif corat-coret, Kreatifitas di kain sepanjang 33 meter
corat-coret
Menyikapi aksi corat-coret baju, sebagai luapan suka cita kegembiraan para siswa menyambut kelulusan tahunan yang sulit dihindarkan, SMP Negeri 3 Wonogiri memberikan solusi kreatif. Bersamaan dengan pengumuman kelulusan Sabtu siang (2/6), sekolah membentangkan kain mori putih bahan spanduk sepanjang 33 meter. Ini sebagai media spektakuler, untuk pelampiasan aksi massal corat-coret para siswa kelas 9.
"Anak-anak tidak usah mencorat-coret baju seragamnya. Tapi silahkan melakukan aksi corat-coret menuliskan kesan, pesan dan harapan, atau apa saja yang dikehendaki, pada kain mori yang kami sediakan," tandas Kepala SMP Negeri 3 Wonogiri Sutopo SPd MPd MM. Panjang kain dibuat 33 meter, dikandung maksud sebagai angka pengingat bersamaan dengan HUT sekolah Ke 33 di tahun 2012.
Pengawas SMP/SMA Disdik Wonogiri Drs Bambang Eko Sarwono MM, yang datang ke SMP Negeri 3 Wonogiri, menyatakan, aksi semacam ini merupakan ide kretaif yang patut diacungi jempol. "Ini baru pertamakalinya dilakukan di Kabupaten Wonogiri, dan bahkan mungkin menjadi yang pertama di Indonesia," tandas Bambang Eko Sarwono yang juga menjabat Ketua Asosiasi Pengawas Pendidikan Seluruh Indonesia (APPSI) ini.


8. Bakti Sosial, Santunan Panti Asuhan
baksos
Berbagai perayaan kelulusan UN biasanya dilakukan dengan aksi corat-coret baju seragam dan konvoi kendaraan bermotor sepertinya hal yang paling sering dilakukan untuk merayakan kelulusan. Setelah aksi corat-coret kebanyakan mereka memenuhi jalan dengan berkonvoi motor yang tak jarang menyebabkan kemacetan.
Namun ada juga siswa-siswi yang merayakan kelulusannya dengan cara yang positif.
Dalam rangka mengungkapkan rasa syukur karena telah diberi kemudahan dalam melaksanakan UNAS (Ujian Nasional) tahun 2010/2011 dan telah dinyatakan lulus 100 persen maka siswa-siswi SMA Negeri 1 Pajangan mengadakan anjangsana bakti sosial dengan memberi santunan ke panti sosial dan panti asuhan di lingkungan Kabupaten Bantul dan sekitarnya serta menjenguk pasien miskin di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Acara tersebut dilaksanakan pada Senin (16/05) bersamaan dengan pengumuman kelulusan SMA 2011 yang di ikuti 30 siswa dan 5 guru pendamping.
RSUD Panembahan Senopati Bantul mengucapkan selamat kepada siswa-siswi yang lulus tahun ini. Semoga bisa menjadi contoh bagi SMA lainnya.


9. Shalat Berjamaah
shalat berjamaah
Banda Aceh – Perayaan kelulusan yang dilakukan sejumlah siswa di Aceh sedikit berbeda dengan tradisi yang biasanya dilakukan siswa, yakni mencoret pakaian sekolah setelah mengetauhi hasil Ujian Nasional (UN) SMA/MA sederajat.
Sebagian siswa di Banda Aceh dan Aceh Besar memilih melakukan perayaan hasil UN dengan salat berjamaah sembari berfoto bersama guru di masjid Raya Baiturrahman, Sabtu (26/5).
Seorang siswa SMA Negeri 7 Banda Aceh, Desi Wahyuni (18) mengatakan, perayaan hasil UN bersama teman-temannya hanya dilakukan di Masjid Raya Baiturrahman dengan melakukan salat berjamaah sekaligus foto bersama. “Kami melakukan perayaan hasil UN dengan salat berjamaah,” katanya.
Dikatakan, sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat kelulusan yang dilimpahkan Allah kepada mereka, maka alangkah baiknya merayakan dengan cara-cara yang baik seperti salat dan syujud syukur.
Selain dinilai cukup mulia, salat berjamaah itu juga memang sudah diniatkan bersama sebelum pengumuman hasil UN. Bila mereka lulus, maka akan dirayakan sesuai dengan syariat di masjid kebanggaan masyarakat Aceh itu.


10. Kreativitas Tarian Massal
flashmob
Dikutip dari sumbernya:
Persembahan dari alumni paling ”gress” SMA N 1 Sleman yaitu angkatan 2012. ini merupakan wujud terimakasih angkatan 2012 kepada SMA N 1 Sleman dengan cara kami
26 Mei 2012 adalah pengumuman kelulusan SMA se indonesia. kami bersyukur tahun ini SMA kami lulus 100% lagi. Beberapa persiapan perayaan sudah disiapkan jauh2 hari. kami sudah berlatih sekitar satu minggu menyewa tempat dengan uang kami sendiri (urunan) untuk mempersiapkan flashmob tersebut. Leader kami Taufik Sanusi, ia menjadi salah satu anggota komunitas flashmob di TBY. kami sangat bersyukur angkatan 012 ini dapat memiliki kekompakan yang luar biasa. sehingga rasa kebersamaan dan persaudaraan terjalin diantara kami.

Kami  bertekad merubah kebudayaan sekolah yang awalnya perayaan kelulusan diidentikan dengan coret2 baju dan gembor2an motor di jalanan menjadi kreativitas tanda tangan serta menggambar di kain panjang , flashmob dan menyumbangkan baju bekas untuk saudara2 yg kurang mampu. semoga apa yang telah kami upayakan dapat memotivasi adik2 kelas khususnya di SMA kami dan lebih global lagi untuk jiwa2 muda bangsa indonesia.

sources:
bilmana terdapat kesalahan, mohon di ralat, terima kasih

Rabu, 03 April 2013

Kisah para penjual kerupuk

Mereka yang pantang menyerah di negeri ini.

Keterbatasan bukan menjadi alasan untuk berpangku tangan. Semangat untuk terus bekerja mencari penghasilan tetap harus dilakukan untuk meniti kehidupan. Kisah para penjual kerupuk


1. Agus Wahyono
Agus wahyono
Agus Wahono, 44 tahun, berjalan kaki sekitar 20 kilometer setiap harinya untuk berjualan kerupuk. Perjalanan sejauh itu ditempuhnya tanpa indra penglihatan, karena Agus adalah seorang tunanetra.
Ada banyak penjual kerupuk tunanetra seperti Agus. “Kalo pagi dari rumah Meruya Selatan, muter dulu ke Kelapa Dua, Relasi Jl Arteri, sorenya mangkal di Joglo,” kata Sahwono, juga tunanetra pedagang kerupuk. Rute itu berjarak tak kurang dari 10 km.
Biasanya para pedagang kerupuk tunanetra ini berjualan di jalan dari pagi hingga sore hari atau malam hari. Pukul 9 pagi hingga 4 sore, atau berangkat pukul 2 siang hingga 9 malam. Permasalahan seperti polusi kendaraan dan kemacetan menjadi makanan sehari-hari.


2. Tati Sugiarto
tati s
Tati Sugiarto (50 tahun) mengenang masa dimana kepentingan tunanetra diperhatikan penguasa kota. “Dulu di zaman Ali Sadikin, tunanetra yang berbekal tongkat merah putih sangat diperhatikan. Bila sudah mengangkat tongkat, pengendara motor tidak akan berani ngebut,” kata Tuti.
Kini mereka berharap pemerintah kota menyediakan lampu merah dengan suara. Tunanetra juga ingin ada jalan khusus bagi tuna netra di jalan-jalan kecil yang mereka lalui, bukan hanya di jalan besar utama di Jakarta. Beberapa bahkan hanya mengharapkan pembuatan selokan yang lebih ramah. Mereka menginginkan selokan yang tidak terlalu dalam (karena banyaknya kemungkinan terjerembab), dilapisi dengan kawat atau ditutup rapat.


3. Andi Arifin
jual kerupuk
Keterbatasan bukan menjadi alasan untuk berpangku tangan. Semangat untuk terus bekerja mencari penghasilan tetap harus dilakukan untuk meniti kehidupan. Demikian prinsip hidup yang hingga kini dipegang teguh Andi Arifin (37). Walaupun memiliki keterbatasan penglihatan, dia memilih bekerja keras dengan berdagang kerupuk keliling.
HILIR mudik kendaraan menghiasi ruas Jalan Rasuna Said, Telukbetung Utara, Bandarlampung, kemarin siang. Tak jarang satu sama lain mencoba mendahului. Akibatnya, penyeberang jalan harus berhati-hati berjalan memotong laju kendaraan. Terlebih bagi Andi yang sejak usia delapan tahun harus kehilangan penglihatannya.
Dengan mengandalkan indra pendengaran dan sebuah tongkat besi di genggamannya, ia mencoba mengamati kapan waktu yang tepat agar dapat menyeberang. Sesekali dirinya yang saat itu turut memikul kerupuk jualannya memberanikan diri untuk menyeberang. Namun suara klakson dari kendaraan berkecepatan tinggi berkali-kali menghentikan kakinya untuk menginjak aspal.


4. Yono
jual kerupuk
Bagi anda yang sering berlalu-lalang di kawasan Palmerah Jakarta Barat mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosoknya Yono, seorang pedagang kerupuk yang biasa berkeliling di kawasan sekitar pasar Palmerah Jakarta Barat. Yono bukanlah penjual kerupuk keliling biasa, dia adalah seorang tuna netra. Di Jakarta, dia tinggal bersama seorang istri dan dua orang anaknya.
Sehari-hari, Pria asal Pemalang, Jawa Tengah, ini berkeliling kawasan Palmerah untuk menjajakan kerupuknya kepada warga. Yono mulai berkeliling dari pukul tujuh pagi hingga lima sore. Yono mengaku terpaksa memilih berdagang kerupuk seusai berhenti menjadi tukang pijat karena kalah saing dengan panti pijat plus-plus yang marak di Jakarta.
"Saya pertama kali ikut bos ke Jakarta untuk memijat, cuma berhenti karena kalah saing dengan pijat plus-plus itu," ujarnya.
Banyak suka-duka yang sudah dialami Yono, mulai dari para pembeli yang terkadang membayar kurang hingga menabrak-nabrak saat berjalan karena belum mengenal medan. Meskipun begitu, Yono mengatakan masih banyak orang yang baik kepada dirinya. Yono tetap tabah menjalani hidupnya sebagai pedagang kerupuk keliling.


5. Saono
jual kerupuk
Keterbatasan fisik tidak membuat Saono (44) pasrah dalam menjalani hidup ini. Sebaliknya, dia terus berusaha semampunya untuk menghidupi istri dan kedua buah hatinya.
Saono adalah seorang tuna netra. Meski tidak bisa melihat, Saono tetap merantau. Dia datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dia mengambil prefesi sebagai tukang pijat. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, kini Saono menjadi "pria panggilan". Dia melayani pesanan pijit di rumah-rumah melalui telepon. "Saya ini datang ke rumah-rumah, jadi tukang pijit keluarga," ceritanya lebih lanjut.
Tetapi karena tukang pijit tuna netra makin banyak sekarang, maka panggilan untuk pijit kadang-kadang sepi, dia memilih pekerjaan sampingan sebagai penjual kerupuk. Saono diantar tukang ojek dengan bayaran Rp 10.000 pergi pulang (PP) dari kediamannya ke Jalan Joglo Raya tepatnya di Puri Botanical Residence, Jakarta Barat. Dia dan beberapa temannya sesama tuna netra dan tukang pijit menjajakan kerupuk di kawasan itu setiap sore mulai pukul 15.30 WIB sampai pukul 20.00 WIB atau paling lambat pukul 20.30 WIB.

Ahmad Saryono videos @Kompas TV


"Jangan pernah lupa untuk selalu bersyukur. Dan berbagi adalah salah satu cara untuk bersyukur atas nikmatNya."



"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir." (QS. Al-Insan: 2-3)


"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya". (QS. Ibrahim:34)

sources:
bilamana terdapat kesalahan, mohon di ralat, terima kasih, semoga bermanfaat

Sabtu, 09 Maret 2013

5 Film Indonesia dengan artis kembar

1. Summer Breeze (2008)
Artis kembar: Mischa dan Marcel Chandrawinata, Ares Nakula dan Orion Sadewa
Film bergenre drama romantis ini diadaptasi dari novel chicklit karya Orizuka, seorang penulis yang sempat kuliah di UGM Yogyakarta. Novel yang berjudul Summer Breeze tersebut cukup meledak saat diluncurkan. Diilhami kesuksesan tersebut, Credo Pictures dan Starvision Pictures mengangkatnya dalam film layar lebar dibintangi si kembar Mischa dan Marcel Chandrawinata.
Film yang digarap sutradara Allan Lunardi ini berkisah tentang cinta segitiga. Mereka adalah Reina (Chelsea Olivia) dan si kembar Ares dan Orion (Mischa dan Marcel Chandrawinata) yang bersahabat sejak kecil. Si kembar sangat menyayangi Reina, begitu pun sebaliknya. Reina kerap kali jadi penengah di antara si kembar. Sampai suatu hari Reina harus pergi ke Amerika Serikat karena mengikuti tugas ayahnya.


2. Bila si kembar bercinta (1977)
Artis kembar: Alex & Yacob (Kembar Group)
Kisah percintaan dua pemuda kembar. Mereka adalah Arwin dan Irwan, dua anak kembar yang ingin hidup berpisah demi karir masing-masing. Di tengah mereka hadir seorang gadis cantik, Maya. Ternyata Maya tidak memilih salah satu dari mereka, tetapi bermain cinta rangkap, mencintai kedua pemuda kembar itu. Dari hubungan mereka yang kelewat batas, Maya hamil. Persoalannya kemudian siapakah salah satu yang harus bertanggung jawab atas kehamilan Maya? Sulit untuk dikompromikan. Tetapi toh salah satu harus tetap menikahi Maya. Kebahagiaan pun tiba dengan hadirnya sang anak. Namun kebahagiaan itu segera berakhir dengan meninggalnya suami Maya, Arwin. Dalam suasana duka sang anak pun tanpa sengaja memanggil "papa" kepada Irwan.
Alex & Yacob sebagai pasangan kembar langsung saja menyita perhatian publik dan menjadi idola di mana-mana. Kolaborasi Hengky Firmansyah dalam menggarap musik album keduanya bertajuk Pusara Cinta ciptaan Rahmat Kartolo, kembali melambungkan nama Kembar Group di percaturan musik indonesia. Makin lengkaplah kecintaan orang terhadap mereka.
Album demi album dihasilkan perusahaan rekaman Yukawi maupun Remaco, sebut saja Iri dan Dengki, Dina, Hitam Manis, Pipip Pipip..Yeah Yeah, Lamunanku, dan banyak lagi lagu lainnya. Nama besar mereka rupanya memberikan pengaruh besar di dunia sinema, maka muncullah film Bila Si Kembar Bercinta (1977) yang dibintanginya bersama Joice Erna yang kelak menjadi isteri dari Yacob. Sukses di dunia film dan musik akhirnya merambah sebagai bintang iklan produk baju terkenal. Mereka bisa disejajarkan dengan sejumlah boyband masa kini, semisal Boyzone, Westlife dan F-4 dari Taiwan.


3. Kisah anak-anak adam (1988)
Artis kembar: Dewanti Bauty & Dewinta Bauty


Adam dan Hawa yang diusir dari surga, dikaruniai anak-anak kembar: Qabil (Alfian) dan Iqlima (Dewanty Bauty), Habil (Hengky Tornando) dan Labudza (Dewinta Bauty). Dengan petunjuk Allah, Adam menjodohkan anak-anaknya secara silang. Qabil menolak karena ia menginginkan Iqlima yang lebih cantik. Maka Qabil dan Habil diminta untuk memberikan korban. Siapa yang kurbannya diterima, ia berhak menentukan pilihannya. Kurban Habil diterima karena ia mempersembahkan yang terbaik. Qabil tetap ingkar janji, dan atas bujukan setan ia membunuh Habil, lalu melarikan Iqlima dan beranak-cucu, sampai turunannya itu tenggelam oleh banjir pada zaman Nabi Nuh AS.


4. Quickie Express (2007)
Artis kembar: Icha Nurbani dan Ichi Nuraini
Quickie Express adalah sebuah film Indonesia yang ditayangkan pertama kali pada tanggal 22 November 2007 yang dibintangi Tora Sudiro, Amink, Lukman Sardi dan disutradarai Dimas Djayadiningrat. Sebuah film komedi dewasa yang menceritakan tentang tiga orang pemuda bernama Jojo (Tora Sudiro), Marley (Amink), dan Piktor (Lukman Sardi) yang berprofesi sebagai seorang gigolo.
Film ini juga memperkenalkan aktris pendatang baru Sandra Dewi. Juga melibatkan aktor dan aktris kawakan lainnya seperti Rudy Wowor, Tio Pakusadewo, Ira Maya Sopha, Ria Irawan, Tino Saroenggalo, serta pemeran pembantu lainnya seperti Melissa Karim, Reuben Elishama dan Imelda Therinne, dan model kembar yaitu Icha Nurbani dan Ichi Nuraini.


5. The Tarix Jabrix 2 (2009)
Artis kembar: Winda Agustina Putri dan Windi Agustini Putri.
The Tarix Jabrix 2 merupakan film Indonesia yang dirilis pada 2 Juli 2009 yang disutradarai oleh Iqbal Rais. Film ini dibintangi antara lain oleh The Changcuters, Joanna Alexandra, Judika, Ramon Y. Tungka, dan Cecep Reza.
GENK The TARIX JABRIX telah menyelesaikan SMA. Mereka nyaris dipisahkan oleh Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Cacing mengusulkan agar The TARIX JABRIX hijrah dan kuliah bersama di Jakarta, dan mereka pun sepakat, minus Dadang yang harus tetap di Bandung membantu ayahnya, Pak Rohim (Sellen Fernandez) di bengkel SUGEMA yang baru pindahan.
Awalnya The TARIX JABRIX begitu menggebu-gebu untuk menikmati sensasi kuliah di Jakarta, kota metropolitan, namun kondisi Ibu Kota yang hiruk pikuk, panas, macet dan penuh polusi membuat The TARIX JABRIX bĂȘte. Lewat ide Cacing, mereka menjual motor dan membeli mobil.
Motor pun ditinggalkan, dan saat Cacing dkk menggunakan mobil ke kampus, rasa percaya diri mereka sedikit terangkat. Ciko dan Coki pun kini punya kecengan, kembar pula (Winda Agustini Putri dan Winda Agustina Putri). Sedangkan Cacing yang kemarin-kemarin dirudung kesedihan karena Callista (Carissa Puteri) kuliah di London, bertemu dan terpincut pesona Milinka (Joanna Alexandra).




BONUS
Video klip Indonesia yang menggunakan model kembar
Bidadari di kesunyian, Ahmad Band

Salah satu video klip dengan Finalis GADIS Sampul sebagai modelnya. Kakak beradik Callista Argentina dan Fiore Crislia yang merupakan Pemenang 2 dan Finalis GADIS Sampul 1997 membintangi video klip Bidadari Kesunyian milik Ahmad Band.


source:

 

Copyright @ 2013 X-Terselubung.