Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Mei 2013

7 Penyandang cacat yang luar biasa di ajang pencarian bakat

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Namun, kekurangan yang ada bukan untuk disesali karena kita bisa banyak belajar dari kekurangan yang ada untuk menjadi sosok yang lebih baik.
Seperti halnya 7 orang ini, keterbatasan fisik bukanlah halangan mereka untuk berkarya, decak kagum hingga tangis haru dari para penonton mengiringi kehebatan mereka, kekurangan menjadi motivasi mereka untuk membuktikan siapa sebenarnya mereka. 


1. Yohana Febrianti, X-Factor Indonesia 2013
Keterbatasan fisik tidak menghalangi langkah seseorang untuk meraih prestasi. Ini juga yang dialami Yohana Febianty. Gadis tuna netra ini terus melangkah pada babak audisi final nasional X Factor Indonesia, bersaing dengan orang normal lainnya. Joe menunjukkan sesuatu yang berbeda. Ketika masuk ke panggung, Joe mesti dituntun oleh salah seorang kru.
Kondisi itu membuat tiga juri, Bebi ”Romeo”, Rossa, dan Ahmad Dhani bertanya-tanya. Joe pun menjelaskan kepada dewan juri bahwa kedua matanya tidak bisa melihat, akibat penyakit Glaukoma yang dideritanya. Seketika itu, empati ditunjukkan lewat ekspresi ketiga dewan juri. Tapi, ketiga juri kembali dibuat terhenyak ketika melihat penampilan Joe saat menyanyikan lagu Listen, yang pernah dipopulerkan Beyonce.
Dari awal lagu, suara ”berat” Joe sudah mampu mengundang kekaguman mereka yang menyaksikan X-Factor. Sempat ada ”insiden”, dimana ketika menginjak bagian reff, Joe kehilangan fokus karena menangis. Melihat kejadian itu, penonton secara spontan bertepuk tangan untuk menyemangati gadis berusia 22 tahun tersebut. Kemampuannya menjangkau nada-nada tinggi mendapat applaus dari penonton yang menyaksikan secara langsung di studio.
Bisa ditebak, ketiga dewan juri pun sepakat untuk meloloskan Joe ke babak selanjutnya. Bebi pun terlihat emosional melihat penampilan Joe saat itu. ”Mulai sekarang, kalau ada orang yang menghina kamu, suruh dia telpon saya,” kata Bebi yang dikenal sebagai pencipta lagu-lagu laris di tanah air ini.


2. Lius, Master Chef Indonesia 3, 2013
Meski memiliki kekurangan karena merupakan penderita tuna rungu, Lius kontestan Master Chef Indonesia season 3 banyak membuat orang kagum. Bahkan Desi, Jawara Master Chef Indonesia mengaku salut dengan keahlian memasak yang dimiliki Lius.
Terlihat di tayangan audisi Master Chef Indonesia Season 3, beberapa waktu lalu, peserta berkacamata muncul dengan signature dish-nya. Dia juga membawa sebuah karton bertuliskan “Maaf saya anak tuna rungu, tapi jangan khawatir saya bisa membaca gerakan bibir”. Sontak, dia menarik perhatian ketiga juri Master Chef Indonesia Season 3, yakni Chef Degan, Chef Marinka, dan Chef Arnold.
"Saya kagum dan salut, ketika melihat aksi Lius dalam memasak, walaupun menderita tuna rungu tapi punya kemampuan yang luar biasa," ucap Desi MasterChef Indonesia, Menurutnya, dengan memiliki keterbatasan itulah membuat Lius bisa menyemangatkan dirinya untuk bisa bertarung di kompetisi memasak MasterChef Indonesia. Terlebih, skill memasaknya pun sudah terlihat ketika mengolah masakan yang diberikan oleh ketiga juri, baik itu Chef Degan, Marinka, serta Arnold.
“Lius itu punya spirit yang tinggi dalam memasak dan itu tidak dimiliki kontestan lainnya, sebab untuk bisa menghasilkan masakan yang baik maka harus punya passion memasak yang tinggi pula," sambung Chef Marinka. Dengan hadirnya Lius, maka bisa menjadi batu loncatan bagi banyak orang. Meski memiliki kekurangan, tetapi Lius bisa jadi contoh teladan untuk siapapun.
"Lihat saja Lius, dia memiliki kekurangan tapi kekurangan itu tak pernah diperlihatkan. Yang terlihat adalah kemampuan memasaknya yang luar biasa," tutupnya.


3. Heni Candra Hidayah, Indonesia Got Talent 2010
Salah satu diantara sekian banyak orang cacat yang memiliki segudang prestasi adalah Heni Candra Hidayah. Siswi kelas XII jurusan Kejuruan Musik-SLBN A Pajajaran Bandung ini berprestasi di bidang tarik suara. Salah satu prestasi terbaik yang ia raih adalah Top 12 dalam ajang pencarian bakat Indonesia Got Talent 2010 yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta terkemuka. Sederet prestasi lain yang ia peroleh adalah juara pertama Lomba Kreativitas Siswa khusus Tuna Netra tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat, juara Harapan 1 Lomba Tarik Suara tingkat Nasional di Surabaya, juara kedua Lomba Baca Puisi dalam rangka Hari Anak Nasional dan juara ketiga Lomba Baca Al-Qur’an Braile tingkat Nasional di Cirebon.
Lahir dari keluarga yang secara ekonomi bisa dibilang ‘biasa saja’ serta dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Justru inilah yang menjadi alasan mengapa ia bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. “Saya ngak mau orang lain hanya mengasihani saya, saya ingin orang lain menghargai saya sama seperti kepada orang normal lainnya. Saya ingin orang melihat saya karena prestasi yang saya raih, bukan karena ia kasihan melihat saya tidak bisa melihat”, ujarnya dengan nada lantang.
Perempuan yang lahir di Bandung, Agustus 1990 ini telah menetap di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung sudah hampir 8 tahun lamanya Saat ini Heni tengah sibuk dengan kegiatan belajarnya karena sebentar lagi ia akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional. Ia berharap, setelah lulus SMA ini, ia dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. “Saya ingin masuk UIN (Universitas Islam Negeri-red), saya nanti akan masuk Fakultas Dakwah karena saya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru di sekolah dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji”, ucapnya.. “Ya saya nantinya ingin membantu teman-teman tuna netra lainnya untuk selalu giat belajar dan menyemangati mereka bahwa walaupun kita tidak bisa melihat, tetapi kita juga punya kelebihan lain", ucapnya.


4. Ridho Kusuma, Audisi Indonesian Idol 2012
Sebagai satu-satunya kontestan tunanetra di babak eliminasi 1, Ridho kusuma boleh berbangga hati menapaki panggung eliminasi 1 dan bersaing dengan para peserta lain yang tampil nyaris sempurna.
Pemilik nama lengkap Ridho Kusuma ini membawakan tembang 'Lagu Kita', lagu yang sama yang ia persembahkan di babak audisi. Mendapat dukungan dari keluarga, terutama sang kakak membuat Ridho cukup percaya diri ketika tampil dihadapan juri Triple A. Tak hanya itu, para kontestan lainnya pun menyaksikan murid SLB ini unjuk kebolehan.
Tak jelek memang, namun sayang ia tak lolos ke babak eliminasi selanjutnya. "Aku bersyukur sudah bisa sampai disini, kepada semua yang telah mendukung aku aku ucapkan terima kasih, buat orang tua dan keluargaku aku sayang kalian," ujarnya datar usai turun dari panggung.
Indonesian Idol memang selalu memberikan kesempatan bagi yang tidak memiliki kesempurnaan fisik untuk menunjukkan bakat mereka. Ini terbukti, bahwa ajang ini tak pilih kasih, pilih status, maupun pilih kasta.


5. Siti Halimah, Finalis Dangdut Mania 2007
Tukang Pijat Tunanetra Berubah Jadi Selebriti, wanita ini menyingkirkan dua pesaingnya di final Dangdut Mania. Banyak jalan menuju Roma. Rasanya, pribahasa lawas itu cukup dalam untuk memadankan bagaimana Dangdut Mania yang tayang di layar kaca TPI telah mengubah nasib seorang tukang pijat tunanetra menjadi orang yang populer layaknya selebriti. Medianya, tentu saja, lewat Kontes Musik Dangdut.
Adalah Siti Halimah, ibu beranak satu yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang pijat kelahiran Pati, 24 September 1972, yang telah membuktikan kebenaran pribahasa Banyak Jalan Menuju Roma, tadi. Lewat program variety music show, Siti Pijit begitu nama panggung yang dilekatkannya telah menjelma sebagai seorang pesohor gara-gara melantunkan musik dangdut.
Di acara puncak Grand Final Dangdut Mania, Siti berhasil menyingkirkan dua kompetitornya Jupri Asong dan Agus Kenek. Siti dinisbatkan sebagai jawara setelah meraup polling SMS pemirsa sebanyak 38,62 persen. Sementara Jupri Asong dan Agus Kenek masing-masing mengumpulkan 32,72 persen dan 28,66 persen SMS. Berkat popularitasnya di mata pemirsa TPI itu, Siti Pijat berhak menggondol uang sebesar Rp 50 juta.


6. Fiersha Hanifah, Mamamia Show 2007
Fiersha Haniha, kisah gadis belia penderita tuna netra di acara Mamamia Show. Dengan kekurangannya, ia berusaha menggapai cita-citanya menjadi penyanyi terkenal. Meski ejekan "buta" seringkali ia terima dari teman sebaya saat jajan di warung depan rumahnya. "Aku mulai menyanyi sejak umur dua tahun," katanya penuh percaya diri.
Fiersha memang gadis yang diberi kekurangan. Tapi itu bukan halangan. Bersama ibunya, Mama Ace, ia sering mengikuti lomba menyanyi di Bandung. Hingga kini, 9 piala dari lomba nyanyi sudah ia koleksi. Kehebatan Fiersha bukan hanya nyanyi. Pendidikan pun, Fiersha tak mau kalah dengan anak-anak normal. Buktinya ia bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) umum di Bandung, meskipun dengan bantuan huruf braille.
Sebelumnya, ketika Fiersha lahir Mama Ace merasa malu, karena puterinya diberi kekurangan. Apalagi, Fiersha anak pertamanya. Enam bulan lamanya Mama Ace sedih dan kecewa. Hingga akhirnya ia tersadar, di balik kekurangan Fiersha, ternyata Tuhan menitipkan sebuah anugerah teramat indah. "Sekarang aku berusaha untuk mendukung keinginan Fiersha. Dia salah satu permata hatiku. Kalau menyanyi adalah dunia yang ingin ia tekuni, aku akan selalu mendukung," kata Mama Ace.


7. Yana Mulyana, Radio Show 2012
Kang Yana Mulyana, dengan keterbatasannya menyandang tuna daksa, beliau sangat ahli dalam memainkan gitar, simak saja skil permainan gitar beliau dari Jimi Hendrix hingga Yngwie Malmsteen, membuat decak kagum penonton di sekitarnya. Bolehlah saya menyebut beliau sebagai "Dewa Gitar Sejati"


Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
(QS. Al-Mulk:23)



videos by: youtube.com

7 Penyandang cacat yang luar biasa di ajang pencarian bakat
sources:
http://indramufarendra.wordpress.com/
http://www.okefood.com/
http://www.kaskus.co.id/
http://www.indonesianidol.com/
http://www.infoanda.com/
http://manzaboy.blogspot.com/
http://indramufarendra.wordpress.com/
bilamana ada kesalahan, mohon di ralat, terima kasih

Kamis, 09 Mei 2013

Kisah anak-anak inspiratif dari Indonesia

Mungkin masih banyak Tasripin-Tasripin lain atau Sinar-Adit yang lain di bumi Indonesia ini yang belum terjamah oleh media. Dibalik dera kemiskinan yang mereka hadapi, mereka bertahan karena rasa kasih sayang terhadap keluarga yang mereka miliki. Kisah mereka patut dijadikan sebuah tauladan bagi kita semua. 


1. Tasripin
Tasripin
Kisah Tasripin yang berubah kehidupan ekonominya setelah mendapatkan perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sungguh mengharukan.
Anak kecil yang terpaksa bekerja sebagai buruh tani demi menafkahi adik-adiknya itu telah mendapatkan berbagai santunan. Di usia baru 13 tahun, Tasripin sudah bekerja keras menghidupi tiga adiknya. Di sebuah sudut Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Tasripin meninggalkan bangku sekolah karena tak mampu membayar SPP dan memilih bekerja di sawah orang demi memberi makan Dandi (7), Riyanti (6) dan Daryo (4).
Mereka menempati sebuah rumah berdinding kayu berukuran 5 kali 7 meter per segi. Ayah dan kakak tertua mereka merantau ke Kalimantan, sementara ibu mereka meninggal setahun yang lalu tertimpa longsor. Alhasil, tinggallah empat kakak-beradik itu bertahan hidup seadanya.
Warga sekitar yang bersimpati pada mereka kerap memberi makanan, baju dan uang. Tawaran untuk mengasuh mereka juga datang, namun Tasripin menolak. Tasripin terpaksa harus merawat tiga adiknya karena Satinah, sang ibu, telah meninggal dunia setahun yang lalu karena tertimpa longsoran tanah saat tengah bekerja mencari pasir. Sementara ayah dan kakak mereka telah merantau jadi buruh di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
Tasripin pun harus bekerja serabutan agar sang adik dapat membeli jajan dan makan. Selain bekerja, pagi hari, Tasripin sudah harus mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Dari mulai mandi, mencuci baju adik-adiknya, menyiapkan makan, dan lalu pergi bekerja.
Keberadaan mereka pun akhirnya terungkap luas setelah muncul berita di media massa lokal. Kini, Tasripin telah mendapatkan rumah yang layak, lengkap dengan berbagai fasilitas. Usaha ternak kambing, yang sempat diidamkan Tasrpin pun terkabul. Yang tak kalah penting, sebentar lagi Tasripin dan adik-adiknya dapat melanjutkan sekolah.


2. Indah Sari
Indah sari
Namun, tak semua anak yang terpaksa membanting tulang sebagaimana Tasripin mendapatkan uluran tangan serupa. Di hari pendidikan nasional yang diperingati 2 Mei lalu, terungkap sejumlah anak yang memiliki kisah memprihatinkan.
Indah Sari, siswi SMP Negeri 4 Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah, menuturkan bahwa dia harus mengurus tiga adik dan ibunya yang mengalami gangguan jiwa.
Warga Desa Penusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah itu tak menempati rumah sendiri. Tetapi, menyewa rumah yang berdiri di atas tanah bengkok desa. “Uang sewa sebesar Rp4 juta, namun karena tidak memiliki uang hingga kini baru dibayar Rp1 juta,” kata Indah.
Sampai saat ini, Indah harus menyelesaikan bayar sewa tanah yang saat ini digunakan untuk rumah tempat dia, ketiga adik dan ibunya tinggal.
Kepala Desa Penusupan Imam Yulianto membenarkan, sampai saat ini tanah bengkok desa yang digunakan keluarga Indah Sari disewa dengan kesepakatan harga lelang. “Biaya sewa sampai kini masih kekurangan Rp3 juta rupiah,” katanya.
Indah tidak tahu bagimana cara melunasi kekurangan pembayaran sewa tanah 5 x 6 meter milik desa yang digunakan untuk tempat berlindung bagi dirinya, adik serta ibunya.
Kepala SMP Negeri 4 Rembang, Sumarmo, prihatin dengan kondisi siswinya. Dia hanya bisa membantu sebisanya. Pihak sekolah telah membantu biaya sekolah Indah Sari di kelas IX dan dua adiknya, Supriyati Astuti dan Juliah di kelas VII, dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). "Selain itu, kami para guru juga biasanya menyisihkan rejeki untuk membantu biaya hidup Indah Sari," kata Sumarmo.
Meski beban hidup Indah Sari begitu besar, namun ia tetap tegar. Setiap hari, Indah Sari selalu mengajak adiknya, Supriyanti Astuti dan Juliah tetap sekolah. Sementara, adiknya yang baru berumur 5 tahun harus menemani sang Ibu, Tarmini, yang mengalami gangguan jiwa.

Selanjutnya sepulang sekolah, Indah Sari harus bekerja menjadi buruh plasma di perusahaan rambut bulu mata palsu dengan upah Rp150 per bulan. Meski hasil yang didapatkan tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya, namun tidak ada pilihan lain baginya. Ia harus tetap menjalani hidup tanpa mengeluh.
Indah sebenarnya memiliki seorang kakak laki-laki. Namanya Tanto Purnomo. Tapi, dia sedang merantau ke Kalimantan, bekerja di sebuah bengkel. Beruntung, Tanto masih sering mengirim uang ke rumah, sekitar Rp300 ribu per bulan. Tiap bulan, jumlah itu masih harus dipotong Rp100 ribu untuk membayar cicilan utang almarhum ayahnya.
Ayah Indah, Warsito, meninggal dunia setahun yang lalu karena sakit. Sementara ibunya, Tarmini, mengalami gangguan jiwa karena tak kuat menanggung beratnya beban keluarga.
Indah tinggal di Desa Penusupan, Kecamatan Rembang. Purbalingga, Jawa Tengah. Kondisi rumahnya compang-camping dan nyaris roboh. Dinding rumahnya hanya terbuat dari papan dan anyaman bambu yang kini mulai lapuk. Saat hujan tiba, atap rumah itu mesti bocor, membuat lantai yang terbuat dari tanah jadi becek di mana-mana.
Di dalam juga kumuh. Baju Indah dan ketiga adiknya hanya dibiarkan teronggok di tempat tidur. Karena tidak punya lemari, sebagian dimasukkan saja ke dalam kardus lusuh. Untuk makan sehari-hari, Indah biasanya memasak sayur daun singkong yang diambil dari kebun tetangga. Jika stok makanan menipis, dia biasa mensiasatinya dengan makan cuma satu kali sehari.
Meski harus pontang-panting membanting tulang di umur semuda itu, di sekolah Indah dikenal sebagai siswi berprestasi. Murid kelas IX itu masuk kategori 10 siswa terbaik di sekolahnya.


3. Muhammad Said
 Muhammad Said, seorang siswa kelas VI SD Mimbaan I Situbondo, Jawa Timur. Masa kecilnya harus diisi dengan dua kegiatan, yaitu belajar dan menjadi pemulung. Dia bekerja sebagai pemulung untuk membiayai kebutuhan empat adik dan satu kakak perempuannya.
Tanpa ada rasa malu, Said memulung usai sekolah. Masih berseragam putih merah dikaisnya sampah. Dia tak mengganti seragam sekolah terlebih dahulu agar pekerjaannya cepat selesai. Sebab, pekerjaan lain telah menantinya di rumah. Dikumpulkannya sampah layak daur ulang dalam kantung palstik. “Sehari dapat dua kresek (kantung plastik) kadang satu,” katanya.
Berapa yang didapatnya? Dari memulung, dia mendapatkan penghasilan Rp20-40 ribu per hari. Tapi itu pun tak menentu sesuai dengan barang yang dia dapatkan di sekitar jalan menuju rumahnya.
Menjadi pemulung terpaksa dilakukannya untuk bisa membantu biaya hidup empat adik dan satu kakaknya. Sang ibu diketahui bekerja sebagai TKI di luar negeri, sedangkan ayahnya tidak memiliki pekerjaan tetap.
Sehari-harinya keluarga Said harus hidup serba pas-pasan. Mie dan tempe kecap jadi menu rutin santapan mereka makan.
Bagaimana kedua orang tuanya? Ibu Said bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia sektor informal di luar negeri. Sementara, ayahnya tak memiliki pekerjaan tetap.


4. Sinar
sinar pahlawanku
Sinar Pahlawanku, sebuah lagu dari band ST12 yang terispirasi dari kisah nyata Sinar, nama bocah belia itu menampakkan bakti, cinta dan kasih sayangnya pada sang bunda, mengabaikan masa kecilnya pada saat anak-anak seusianya menghabiskan waktunya dengan bermain, sementara ia harus berada di samping bundanya yang sakit sejak dua tahun lalu.
Rumah Murni, nama ibu yang lumpuh ini terletak Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Walau tampak jauh dari keramaian kota, tapi rumah Murni juga tidak luput dari keramaian Pemilu lalu. Terbukti dengan banyaknya sticker partai dan caleg yang tertempel di dinding rumah kayu sangat sederhana itu. Tapi sepertinya para politisi dan kader partai itu abai dengan apa yang terjadi di tengah keluarga miskin ini. Para tetanggalah yang terkadang memberikan bantuan ala kadarnya untuk Murni dam putrinya, Sinar. Karena suami Murni sendiri merantau ke Malaysia.
Sinarlah yang membantu dan menemani ibunya selama ini. Mulai dari memindahkan atau menggeser tubuhnya, masak, makan, minum, mandi hingga buang air. Semua itu ia kerjakan sendiri dengan penuh cinta. Tayangan yang ditampilkan SCTV ini bahkan sanggup meruntuhkan air mata mereka yang menyaksikannya. Ada rasa iba dan takjub sekaligus melihat bocah usia 6 tahun yang tampak penuh tanggung jawab melakukan tugas mulianya, sambil mengusap mesra pipi ibunya.
Bocah kelas satu Sekolah Dasar ini bahkan kerap terlambat ke sekolah karena harus mengurus ibunya. Begitu pula setelah pulang sekolah. Nyaris seluruh waktunya telah ia persembahkan bagi ibunya yang sakit parah. Walaupun Sinar memiliki lima orang kakak dan juga belum dewasa, namun mereka semua tinggal terpisah dengannya. Faktor ekonomi membuat mereka menjadi pembantu rumah tangga.


5. Muhammad Aditya
aditya
Setiap hari ia melakukan semua pekerjaan rumah tangga layaknya orang dewasa, di sebuah rumah kontrakan di daerah Jombang, Jawa Timur. Mencuci, menyapu, mengepel, memasak, memandikan ibunya dan juga beberapa pekerjaan rumah tangga lainnya telah menjadi rutinitasnya setiap hari sejak dia berumur 3 tahun. Kadang memang ada tetangga yang membantu Aditya jika ia benar-benar tidak mampu untuk melakukan pekerjaan itu, misalnya memperbaiki listrik di rumah kontrakannya.
Muhammad Aditya, bocah 5 tahun (2011) asal Kabupaten Nganjuk Jawa Timur harus merawat ibunya yang lumpuh.
Menempati rumah kontrakan di Jl Wilis gang IIA Lingkungan Jarakan Kelurahan Ganung Kidul Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, Adit, demikian Muhammad Aditya biasa disapa, menjadi perawat ibunya saat sang ayah menjalankan aktivitas pekerjaan di luar kota. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian, hingga menyiapkan air mandi untuk sang ibu yang hanya bisa terbaring di kasur, dengan tulus dilakukannya, "Subhanallah. Kalau Adit tidak melakukan ini, saya tidak tahu bagaimana kehidupan ini bisa saya jalani," kata Sunarti, ibu kandung Adit.
Adit adalah anak satu-satunya yang dimiliki Sunarti dari pernikahannya dengan suami kedua yakni Rudi (45) asal Jombang. Dari pernikahan pertamanya wanita asal Tambak Sawah, Sidoarjo dikaruniai 3 anak laki-laki, yang saat ini sudah tinggal terpisah darinya.
Kisah pilu itu mulai terjadi saat Adit berusia setahun, tanpa sebab yang pasti mendadak Sunarti tak lagi bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Bahkan organ tubuh dari pinggang ke bawah saat ini sudah tak lagi berfungsi.
Saat ini Sunarti sepenuhnya menggantungkan hidupnya kepada Adit, meski dengan segala keterbatasan yang ada. Rudi, suaminya saat ini hanya pulang seminggu hingga dua minggu sekali untuk mengantarkan uang hasil bekerja, selebihnya banting tulang di luar rumah.
"Saya tidak pernah menyuruh dan tidak pernah memintanya melakukan. Seperti menyalakan lampu, saya hanya bilang kalau menggunakan kursi nanti bisa jatuh, gunakan saja sapu untuk menekan saklar, dan dia bisa melakukannya sendiri," beber Sunarti mengenai apa yang dilakukan anaknya.
Sementara Adit, mengaku sama sekali tidak mengeluh. Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, Adit mengaku melakukan semua pekerjaan itu karena rasa sayangnya kepada sang ibu. "Kasihan ibu atit (sakit)," kata Adit lirih, saat ditanya mengenai kelumpuhan ibunya.


6. Riana Mariati
Kekerasan mental terhadap dialami Riana Mariati, bocah kelas lima sekolah dasar di Pati, Jawa Tengah. Ia terpaksa merawat sang ibu Rasmini yang lumpuh sejak lima tahun silam. Sementara sang ayah memilih untuk menikah lagi hingga Riana hidup telantar.
Riana harus memasak dan menyuapi Rasmini sebelum ke sekolah. Sementara teman-temannya bermain saat istirahat sekolah tiba, Riana harus kembali ke rumah untuk merawat ibunya. Kondisi ini ia jalani sejak duduk di kelas satu SD. Tak jarang pula Riana dan Rasmini makan dari belas kasihan tetangga yang peduli dengan mereka.
Kisah Rasmini lumpuh berawal saat bekerja sebagai buruh di kebun tebu. Saat mengangkat tebu, ia terjatuh dan tiba-tiba badannya terasa sakit dan tak bisa berdiri lagi. Menurut Rasmini, ia sudah berusaha berobat untuk kesembuhannya. Bahkan pernah dirawat di Rumah Sakit Tayu, Pati. Tapi karena tak mempunyai biaya untuk operasi, ia harus pulang dan hanya bisa pasrah dengan musibah ini. Jangankan dioperasi, untuk pengobatan biasa saja biaya dipungut dari sumbangan warga.
Kisah Riana tentu mengingatkan pada Sinar, anak perempuan berumur tujuh tahun yang juga harus merawat ibunya yang lumpuh seorang diri di Polewali Mandar, Sumatra Barat. Kisahnya yang disorot media membuat nasibnya berubah drastis. Berbagai pejabat mulai tingkat daerah hingga Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar pun memberi perhatian khusus.


Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S An Nisaa': 36)

videos by: http://www.youtube.com

backsound by: Charly ST12 - Sinar jangan menangis
sources:
http://m.news.viva.co.id/
http://sosbud.kompasiana.com/
http://lifestyle.kompasiana.com/
http://old.kaskus.co.id/
http://www.youtube.com/
bilamana terdapat kesalahan, mohon diralat, terima kasih

Senin, 06 Mei 2013

Jugun Ianfu, Kisah perbudakan wanita di Indonesia

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa era kolonial penjajahan bangsa asing, sejarah perjuangan kaum wanita Indonesia masih belum tercatat sepenuhnya didalam catatan sejarah bangsa ini. Banyak kaum wanita Indonesia di era kolonial penjajahan bangsa asing yang tidak sedikit pengorbanannya dalam perjuangan dimasa itu. Jiwa dan raga kaum wanita Indonesia dimasa perjuangan bangsa dengan rela dikorbankan demi sebuah tujuan murni, Indonesia terbebas dari cengkraman kekuasaan penjajahan Spanyol, Portugis, Belanda, Ingris dan juga Jepang.
perbudakan
Dalam sejarah bangsa ini, Indonesia cukup lama mengalami penderitaan dari berbagai kekejaman, pemaksaan, perampasan, dan bahkan pemerkosaan yang dilakukan oleh penjajahan selama lebih dari 350 tahun. Selama masa lebih dari 350 tahun tersebut  kaum wanita Indonesia juga banyak mengalamai berbagai tekanan dan pemaksaan yang begitu keras oleh penjajah. Mereka banyak mengorbakan jiwa dan raganya demi bangsa ini bisa bebas dari cengkraman kejam penjajahan. Kaum wanita Indonesia dimasa penjajahan sungguh tidak dihargai jati dirinya, mereka lebih dilecehkan begitu saja kehormatannya oleh penjajah. Kaum wanita Indonesia dalam sejarah bangsa Indonesia sungguh menyedihkan. Harga diri dan kehormatan baginya tidak ada nilai di mata para penjajah negeri ini dimasa itu.
perbudakan
Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita (bahasa Inggris comfort women) yang menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang.
Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945.
Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 1500 perempuan eks jugun ianfu yang sebagian besar dari mereka sudah berusia lanjut bahkan telah meninggal dunia. Perjuangan yang mereka lakukan untuk menuntut keadilan serta pengakuan tidak saja melelahkan dan lama, tapi mereka juga nyaris berjuang sendirian karena sampai saat ini tidak nampak adanya dukungan dari pemerintah terlebih pengakuan terhadap mereka.


1. Mardiyem (Momoye)
momoye
Tiada yang menyangka, penderitaan lahir dan batin harus ditanggung oleh perempuan renta ini. Dulu, ia bercita-cita menjadi pemain sandiwara, tapi kemudian pupus oleh tipu daya Jepang. Ia pun harus rela dijadikan Jugun Ianfu, pemuas nafsu birahi serdadu Jepang. Benar-benar menyakitkan.
Mardiyem berusia 78 tahun. Tak  ada yang tahu jika dirinya dulu pernah menjadi budak seks tentara Jepang. Dan karena itu ia memiliki nama panggilan semasa pendudukan Jepang di Indonesia. Ia, oleh tentara Jepang, dipanggil dengan ‘Momoye’. Panggilan itu merupakan panggilan bagi jugun ianfu yang dipekerjakan saat itu.
Tak banyak orang yang mengunjungi rumah Momeye. Ia telah banyak dilupakan. Dilupakan oleh negara dan dilupakan oleh teman-temannya. Bahkan, banyak dari teman-temannya yang sudah meninggal.
“Beginilah saya sekarang,” ungkapnya dalam bahasa Jawa sembari memperkenalkan diri.
Meski demikian, sosoknya masih kelihatan cantik. Wajah dan kulit yang terlihat putih menjadi penanda sisa-sisa kecantikan masa lalunya. Pendengarannya pun masih setajam dulu. Sepertinya tak banyak yang berubah dari perempuan tua ini, selain keriput yang makin melebar dan gerakannya yang terlihat lamban. Dan mulailah Mardiyem menuturkan pengalamannya.


2. Sumirah
sumirah
Sore itu Sumirah yang baru berusia 14 tahun sedang menyusuri Jalan Gendingan, Semarang dengan sepeda barunya. Ternyata disekitar lokasi itu Sumirah melihat beberapa tentara Jepang sedang memaksa sejumlah perempuan muda menaiki truk tentara. Melihat kejadian itu Sumirah muda bukannya menyingkir dari bahaya yang mengintai, malahan tertegun kaget diliputi perasaan takut. Tanpa disadari seorang tentara Jepang sudah berada di samping Sumirah dan memaksanya ikut naik keatas truk. Tanpa berdaya Sumirah terpaksa mengikuti kemauan tentara Jepang tersebut dan meninggalkan sepeda barunya tergolek di tanah.
Para perempuan muda ini diberitahu salah seorang serdadu Jepang untuk meminta mereka bekerja untuk militer Jepang, saat itu dijelaskan juga bahwa kesempatan ini diberikan kepada mereka (para perempuan) bekerja sebagai perawat. Militer Jepang berjanji akan memberikan upah kerja dan mencukupi semua kebutuhan hidup mereka. Dengan lantang serdadu itu berseru,”Apakah semua mau pekerjaan ini?”,terdengar jawaban serentak”Mau”.
Tak lama setelah memberikan jawaban itu, para perempuan tersebut memasuki bangunan Semarang Kurabu, bangunan bergaya arsitek Belanda yang telah direbut Jepang dari pemiliknya orang Belanda. Setiap orang diberi kamar yang sudah dilengkapi dengan sabun, sikat gigi, odol, dan minyak wangi. Setelah itu setiap perempuan diperiksa kesehatan oleh seorang Dokter Jepang.
Hari-hari berikutnya ternyata para perempuan ini dipaksa melayani kebutuhan seksual tentara Jepang yang mengunjungi Semarang Kurabu. Bila menolak melayani maka pukulan, tendangan dan tempelengan yang diterima sebagai akibat penolakan. Sejak hari ini dan seterusnya adalah neraka bagi para perempuan tersebut.  Selain harus melayani di Semarang Kurabu, seringkali Sumirah harus melayani para perwira di Hotel Du Pavillon dan Hotel Oewa Asia yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Semarang Kurabu.


3. Emah Kastimah & Suhanah
emah
Nasib yang sama dialami Emah Kartimah, perempuan asal Cimahi yang juga dijadikan budak nafsu para balatentara Dai Nipon pada 1942. Waktu itu Emah, yang masih berusia 13 tahun, diculik enam tentara Jepang saat sedang berbelanja di pasar. Dia kemudian dilarikan dengan mobil dan disekap dalam barak tentara di Cimahi.
Tiga tahun Emah yang masih bau kencur itu harus melayani pria-pria dewasa. Jika dia melawan, maka pukulan dan tendangan akan diterimanya. Beberapa perempuan di tempat itu juga mengalami hal yang sama.
Cerita di atas dituturkan Mardiyem dan Emah yang usianya kini sudah mencapai 80 tahun saat tampil di Kick Andy. Bersama sejumlah korban lainnya mereka berjuang agar pemerintah Jepang mengakui "dosa" tentara mereka dulu dan kemudian meminta maaf. Bahkan Mardiyen dan Emah pernah hadir sebagai saksi pada pengadilan tribunal di Jepang dan Belanda.
Sementara Suhanah, juga asal Cimahi, diculik dengan todongan pistol pada usianya yang baru 14 tahun. Tapi karena mengalami pendarahan, setahun setelah disekap dia dibebaskan. Tapi, kondisinya sudah parah rahimnya rusak dan harus diangkat. Sejak itu Suhanah tidak bisa mempunyai keturunan.


4. Sri Sukanti
sri sukanti
Napas Sri Sukanti (79) tersengal. Bicaranya tak jelas. Beberapa kali ia terhuyung. Di antara sedu-sedannya, ia beberapa kali mengatakan, ”Sumpah, saya tidak bohong, saya diperlakukan seperti kuda.”
Kesaksian Sukanti—satu dari 1.156 penyintas asal Indonesia, sebagian sudah meninggal—yang tak lebih dari 15 menit itu membuat ruangan hotel berbintang berisi sekitar 100 orang itu sunyi. Sukanti, dipapah Eka Hindrati, peneliti independen isu jugun ianfu, terus berbicara dengan air mata bercucuran.
Usia Sukanti tak lebih dari 15 tahun ketika dipaksa menjadi pemuas seks serdadu Jepang di Salatiga, Jawa Tengah. Ia mengalami siksaan seksual yang traumanya memekat setiap kali harus mengingat kekejian itu.
Dengan terbata ia mengatakan, ”Saya disuntik 16 kali... saya tidak pernah bisa punya anak.... Jangan ada lagi yang seperti saya ya.... jangan ada lagi yang seperti saya ... Jepang itu kejam...Ogawa itu....”, Hingga saat ini, perlakuan tersebut mengakibatkan kerusakan pada janinnya dan dirinya divonis tidak dapat memiliki keturunan seumur hidup.
Tangisnya pecah. Ia terus berbicara, terkesan meracau, seperti melepaskan timbunan luka jiwa yang tak pernah bisa disembuhkan. Sukanti mengingatkan kepada perempuan sepuh, penyintas dari Korea, yang berteriak, menangis, dan pingsan ketika bersaksi di depan para jaksa Pengadilan Internasional Kejahatan Perang untuk Kasus Perbudakan Seksual oleh Militer Jepang selama Perang Dunia II (The Tokyo Tribunal), 8 Desember 2000.


5. Paini
paini
Paini yang sejak berumur 13 tahun dipaksa bekerja di sebuah tangsi dekat desanya. Suatu malam ia dijemput paksa oleh serdadu Jepang, dibawa ke tangsi, dan diperkosa berulang-ulang. Begitu terus setiap malam. Begitu dalam trauma yang mereka alami sehingga kebanyakan mantan jugun ianfu ini menyembunyikan identitas mereka dan menolak untuk berbicara.


Banyak masyarakat yang merendahkan, serta menyisihkan para korban dari pergaulan sosial. Kasus Jugun Ianfu dianggap sekedar “kecelakaan” perang dengan memakai istilah “ransum Jepang”. Mencap para korban sebagai pelacur komersial. Banyak juga pihak-pihak oportunis yang berkedok membela kepentingan Jugun Ianfu dan mengatasnamakan proyek kemanusiaan, namum mereka adalah calo yang mengkorupsi dana santunan yang seharusnya diterima langsung para korban.


6. Wainem
wainem
Wainem lahir di Jawa Tengah pada 1925. Dia diculik dari rumahnya pada 1943 ketika berusia 17 tahun dengan bus dan dibawa ke markas tentara Jepang di Surakarta. Bersama sejumlah wanita lain, dia disekap di markas tentara itu selama tiga tahun sebelum dipindah ke markas lain di Jogjakarta selama dua tahun kemudian.
Dalam masa-masa kelam tersebut, Wainem harus merajut tikar dan pada malamnya dipaksa melayani nafsu binatang tentara Jepang. Pada hari-hari yang sulit, dia harus meladeni empat pria sekaligus dalam satu malam. ”Beberapa mengajak saya ke kamar pribadi mereka. Tapi, ada juga yang tanpa malu memerkosa saya di depan rekan-rekan mereka di kasur barak,” ungkap Wainem.


7. Mastia
mastia
Mastia diambil paksa dari rumahnya oleh tentara jepang bersama 15 gadis lain dan diangkut ke markas tentara Cimahi.  Seorang kapten Jepang menjadikan Mastia wanita penghibur pribadi. Setelah Mastia pulang kampung ia menjalani upacara penyucian religius untuk membersihkan segala "kotoran."  Namun orang tetap memanggil saya "bekas jepang" dan menghina saya...sedih, saya sangat sedih, saya selalu teringat.  Mastia menikah empat kali dan tidak mempunyai anak.


8. Ronasih
ronasih
Pada saat Ronasih masih berumur 13 tahun dan sedang pulang sekolah, dia diculik seorang serdadu kemudian dikurung di barak dekat desa.  Secara sistematis ia diperkosa selama 3 bulan oleh serdadu yang disebut "si bewok."  Ayahnya berusaha datang dan menggantikan ronasih sebagai tenaga kerja paksa, namun sia-sia.  Ronasih akhirnya disuruh pulang dengan keadaan tidak mampu berjalan lagi, dan harus merangkak untuk pulang karena badannya sakit.  beberapa kali nikah dan tidak dapat memiliki keturunan.


9. Icih
icih
Setelah suami pertamanya tewas ditembak oleh tentara Jepang, ia menjadi janda muda yang dipekerjakan di sekitar barak. Selanjutnya dia dikurung, diperkosa dan dipukuli hinga babak belur hampir setiap hari selama tiga tahun. Setelah perang usai, ia pulang kerumah dalam keadaan sakit, tidak bisa berjalan bahkan tak mampu mengucapkan namanya sendiri. Selama di kurung Icih mengalami luka berkelanjutan dan rahimnya rusak yang mengakibatkan dia tidak bisa melahirkan anak.


10. Niyem
niyem
Niyem diculik saat berusia 10 tahun dibawa menggunakan truk penuh dengan wanita muda lainnya ke barak militer dio Jawa Barat. Niyem harus berbagi di tenda kecil dengan dua wanita lainnya, dikurung tak mendapatkan makanan dan harus minum dari air selokan dan diperkosa di hadapan orang lain. Niyem berhasil kabur bersama teman-temannya namun Niyem tidak mau memberitahu orang tuanya bahwa dia telah diperkosa, "aku tidak ingin menyakiti orang tuaku".


Tahun 1992, untuk pertama kalinya Kim Hak Soon korban asal Korea Selatan membuka suara atas kekejaman militer Jepang terhadap dirinya ke publik. Setelah itu masalah Ianfu terbongkar dan satu persatu korban dari berbagai negara angkat suara. Tahun 2000 Tribunal Tokyo menuntut pertanggung jawaban Kaisar Hirohito dan pihak militer Jepang atas praktek perbudakan seksual Jugun Ianfu. Tahun 2001 final keputusan dikeluarkan di Tribunal The Haque. Tekanan internasional terhadap pemerintah Jepang terus Dilakukan. Oktober 2007 kongres Amerika Serikat mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang menekan pemerintah Jepang memenuhi tanggung jawab politik atas masalah ini tetapi Jepang tetap tidak mengakui kekejian terhadap ratusan ribu perempuan di Asia dan Belanda pada masa perang Asia Pasifik

Jugun Ianfu

Gadis itu sangat mengagumkan
Betapa ku yakin ia adalah seorang pahlawan
Aku yakin .. lama lama ia akan menjadi sebuah pedoman
Pedoman tentang pengorbanan .. pedoman demi kehidupan

Betapa banyak orang tak mengerti akan posisi ini
Memberatkan ia untuk bertahan atau mati
Tak ada yang tahu apa yang ia jalani
Dan ku yakin pasti, tak ada yang mau tahu

Egoisnya dunia membuat ia tak bisa apa apa
Hidup sekarang baginya sudah cukup sia sia
Penghinaan menurut ia mungkin sudah biasa

Hei...
Lihatlah disana mata ia berkaca kaca
Kau tak tau sebesar apa pengorbanannya
Kini bukan saatnya untuk berderu
Tapi ini saatmu untuk membantu

Beri dukungan sepenuh hati
jaga jiwanya dengan sepenuh raga
Kau nanti akan merasa .. pengorbanannya untuk negaramu
Sebagai ransum sebuah nafsu


puisi oleh: Erika Citra Sejati

backsound by: Sarah McLachlan - Angel
sumber:

Selasa, 30 April 2013

Peringatan hari Kartini di berbagai belahan dunia


Bukan di Indonesia saja kita bisa memperingati hari Kartini setiap tanggal 21 April, tetapi di luar negeri pun banyak dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperingati hari Kartini, seperti di negara-negara berikut:

1. Australia
Kartini di Australia
Masyarakat dan Pelajar Indonesia yang tinggal Melbourne turut pula merayakan Hari Kartini pada tahun ini. Bertempat di Queen Victoria Market, salah satu tempat yang selalu ramai di kunjungi turis mancanegara yang terletak di pusat kota Melbourne.  Acara yang di selenggarakan pada hari Minggu, 28 April 2013 ini diberi nama Garuda Indonesia Street Festival 2013, juga atas dukungan Garuda Indonesia dan Konsulat Jenderal RI Melbourne.
Acara ini juga semacam pengobat rasa rindu akan tanah air dengan suguhan tarian budaya serta penampilan grup musik dari para pelajar yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia Australia / PPIA dan juga banyaknya stall makanan dengan rasa asli Indonesia.
Acara yang di mulai pada pukul 10 pagi waktu setempat sampai pukul 4 sore ini tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat Indonesia saja tetapi juga masyarakat lokal kota Melbourne dan para turis yang mengunjungi Queen Victoria Market di kota Melbourne.


2. Lebanon
peringatan kartini di Lebanon
Wanita TNI yang tergabung dalam Satgas Indobatt (Indonesian Battalyon) Kontingen Garuda XXIII-G/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), secara sederhana menggelar acara syukuran perayaan Hari Kartini di Mako Indobatt UN Posn 7-1, Adshid al-Qusayr, Lebanon Selatan, Minggu (21/4). Turut hadir dalam acara tersebut, perwakilan Prajurit Militer Wanita dari Battalion Nepal dan Malaysia serta warga masyarakat sekitar.
Mengawali acara syukuran tersebut, Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf Lucky Avianto menyampaikan, bahwa walaupun di daerah penugasan sekalipun dirinya tetap menghormati keberadaan para wanita khususnya mereka para Wanita TNI yang tergabung dalam Misi Perdamaian di Lebanon ini. "Banyak sekali peran yang diberikan oleh para Wanita TNI dalam misi ini", ujarnya.
Melalui perayaan Hari Kartini, Komandan Satgas Indobatt berharap para Wanita TNI yang sedang melaksanakan misi perdamaian PBB di Lebanon dapat menambah semangat baru serta memberikan makna tersendiri dalam penugasannya.
Sementara itu, Mayor Laut (KH/W) Riana selaku Perwira Kordinator Wanita TNI Indobatt mengatakan, bahwa dirinya sangat berterima kasih karena acara ini dapat terselenggara, walaupun dalam segala keterbatasan di medan penugasan namun tidak sedikit pun mengurangi nilai dan semangat para Wanita TNI yang berada di Lebanon.
Acara syukuran perayaan Hari Kartini di Lebanon, ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin Pabintal Indobatt Mayor Laut (KH) H. Sri Depranoto, S.Ag, dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Komandan Satgas Indobatt, serta dihibur oleh spontanitas Parodi yang di dalangi oleh Letda Tek Nyoto Santoso.


3. Belanda
Peringatan Kartini di Belanda
Dubes Retno L.P. Marsudi bersama dengan Walikota Best, Anton van Aert menghadiri kegiatan Festival Budaya Indonesia (Indonesisch Cultureel Festival) di Kota Best (21/04). Festival tersebut diawali dengan presentasi tentang sejarah R.A. Kartini dan dilanjutkan  dengan penampilan Gamelan Bali Gebyar Sekarsari - Banjar Suka Duka, Marabunta Band, Angklung Friso Wieringa, Angklung Adi Soerja dan Angklung Eindhoven.
Disamping itu juga digelar, peragaan busana Batik oleh Sabine Bolk, Tarian Jawa Gambir Anom dan Tari Merak  dari Sekar langen Budaya Setyawati.
Dalam kesempatan tersebut  Dubes RI Retno L.P. Marsudi dan Walikota  Best, Anton van Aert bersama-sama para pengunjung ikut menarikan tarian poco-poco yang diiringi oleh Marabunta Band. 
Kegiatan festival yang merupakan kolorasi antara KBRI Den Haag dengan Yayasan Hibiscus, dibawah pimpinan Ine Waworuntu tersebut berlangsung pada tanggal 21 April 2013 dan dihadiri lebih dari 300 pengunjung dari wilayah Eindhoven dan sekitarnya.


4. Swiss
peringatan kartini di Swiss
Verein Indonesia Swiss atau Lembaga Persahabatan Indonesia Swiss mengelar hari Kartini pada hari Minggu (22/4) di Hombrechtikon, sebuah kota kecil yang berada di Kanton Zurich. Menurut panitia penyelenggara Hari Kartini di swiss ini digelar untuk mengenang jasa-jasa R.A Kartini  dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan Indonesia sekaligus sebagai upaya untuk memperlihatkan kepada masyarakat Swiss tentang kemajuan yang didapat kaum wanita Indonesia dalam kehidupan modern bangsa Indonesia tanpa menunggalkan tugas utama didalam keluarga terrutama sebagai pendidik anak-anak sebagai generasi penerus.
Dalam kata sambutannya Ibu Oktavia Maludin, Fungsi Pensosbud, yang mewakili Duta Besar R.I. mengatakan: "kegiatan seperti ini merupakan kesempatan emas untuk memperkenalkan sejarah bangsa Indonesia dan berfungsi sebagai jembatan budaya antar bangsa, agar masyarakat Swiss lebih mengenal lebih dekat lagi tentang budaya bangsa Indonesia.
Acara dimulai dengan memperlihatkan slide tentang kehidupan sehari-hari RA Kartini mulai dari masa kecil sampai wafatnya pahlawan wanita Indonesia itu. Sedangkan puncak peringatan Hari Kartini  kali ini adalah acara pemilihan ratu kebaya untuk beberapa kelompok peserta yaitu kelompok anak-anak sampai dengan kelompok ibu-ibu. Tujuan dari pemilihan ratu kebaya ini adalah juga untuk mengingatkan bahwa wanita Indonesia mempunyai pakaian nasional yang dapat dibanggakan dimata dunia sekaligus bukan sebagai penghalang dalam ikut aktif dalam kegiatan profesional sehari-hari.


5. Malaysia
peringatan kartini di Malaysia
Ekspedisi Women Across Borneo akhirnya berakhir. Tepat di Hari Kartini, para srikandi Indonesia berkebaya di puncak Gunung Kinabalu, Malaysia. Perempuan Indonesia patut bangga!
Ini adalah etape pamungkas yang menutup ekspedisi Women Across Borneo, diselenggarakan oleh perusahaan wisata adventure yakni Caldera. Setelah bersepeda 460 Km dari Pontianak hingga Kuching dan caving di beberapa gua di Mulu National Park, para srikandi Indonesia pun hiking hingga puncak Gunung Kinabalu di Negara Bagian Sabah, Malaysia.
Gunung Kinabalu memiliki puncak dengan ketinggian 4095 mdpl.


6. Yunani
peringatan kartini di Yunani
KBRI Athena bersama masyarakat Indonesia di Yunani memperingati Hari Kartini hari Minggu (21/04) di taman Olympia, situs peninggalan arena Olympiade Kuno di Yunani. Sejumlah 320 WNI yang bermukim di Athena dan sekitarnya dengan antusias mengikuti kegiatan ini sekaligus berwisata purbakala di Olympia.
Upacara peringatan Hari Kartini, dipimpin oleh Duta Besar Indonesia untuk Yunani, Benny Bahanadewa,  dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu Ibu Kartini, kemudian diiukti pembacaan sajak dan perlombaan berkebaya serasi.  Kegiatan upacara ditutup dengan pembagian hadiah para pemenang lomba berbusana kebaya serasi.
Para peserta kemudian melaksanakan kunjungan wisata ke museum dan situs peninggalan penyelenggaraan Olympiade yang dimulai pada tahun 600 sebelum masehi (SM). Olympiade modern dilaksanakan pertama di Athena tahun 1896.


7. Taiwan
peringatan kartini di Taiwan
Peringatan Hari Kartini di Negara Taiwan yang didukung oleh Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI), Ikatan Keluarga Chang Hua (IKC), Univesritas Terbuka (UT) dan Tagalog.
Peringatan yang dimeriahkan band anak-anak TKI itu juga dihadiri perwakilan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipe. Herox Ngawi, salah satu perkumpulan TKI asal Bumi Orek-Orek Ngawi di Taiwan nggak mau diam. Mereka menampilkan parade dan tembang parikan (tembang plesetan jawa, red) dengan Band Java Mania melalui Sukarno selaku vokalis. TKI asal Pangkur Ngawi ini begitu luwes menembangkan parikan jawa. Selain itu, peringatan juga dimeriahkan ajang Fashion Show dengan tema Pakaian Adat Jawa.


8. Singapura
peringatan kartini di Singapura
Minggu, 22 April 2012,  Buruh Migran Indonesia (BMI) Singapura yang tergabung dalam Humanitarian Organisation for Migration Economics (HOME) KARTINI, organisasi yang menjadi bagian dari HOME Singapura mengadakan perayaan Hari Kartini dengan tema World Kartini Day, Tut Wuri Handayani. Kegiatan yang digelar di Singapore General Hospital di Health Promotion Board, Outram Park Stasiun tersebut berlangsung dengan meriah.
Acara dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai negara, Filipina, Myanmar, Bangladesh, Singapura, serta beberapa majikan warga negara asing di Singapura. Para BMI yang hadir tampil anggun dengan kebaya tridisional maupun modern, beberapa diantaranya lengkap dengan sanggul.
“Wanita Indonesia di era modern harus berperan aktif, berpikiran maju dengan tidak melupakan kodratnya sebagai wanita. Meskipun berada di luar negeri, kita harus bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk kegiatan positif, untuk meningkatkan kualitas diri sendiri, bangsa, dan negara. Banyak hal yang bisa dipelajari saat di Singapura, seperti mengikuti kursus-kursus atau menjadi relawan”. tutur Enik Juistiowati, Kepala Sanggar Kegiatan Belajar Unit Pelaksana Teknis Daerah(SKP UPTD) Diknas  Pemkot Batam yang hadir sebagai tamu kehormatan.


9. Mesir
peringatan kartini di Mesir
Setelah pergantian pengurus, Wihdah "Baru" (2013/2014) yang dinahkodai oleh Tsaqofina Hanifah (mahasiswi tingkat tiga Fak. Syariah Islamiyah) memulai kegiatan dengan mengadakan acara WIW (Wihdah Inspiring Woman) sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Acara yang diadakan pada tanggal 15/4 2013 di Griya Jawa Tengah tersebut dihadiri oleh 61 anggota Wihdah yang merupakan utusan dari berbagai macam organisasi keputrian di bawah Wihdah.
Kegiatan tersebut terdiri dari sarasehan bertemakan "Memahami Psikologi Wanita dari Fase ke Fase" oleh Ibu Sri Dewi Nur Atiqoh, MA selanjutnya dengan tema "Pengaruh Kartini terhadap Indonesia" oleh Usth. Silvani Yuzarni Lc. Dipl. Selain itu terdapat beberapa perlombaan seperti Lomba cipta puisi, merangkai bunga dan kreasi menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini.


10. Nigeria
peringatan kartini di Nigeria
Segenap keluarga besar masyarakat Indonesia di Abuja menyelenggarakan Kartini Day Celebration 2012, bertempat di BNL Life Camp, Abuja, Nigeria, pada tanggal 21 April 2012.
Kegiatan ini sepenuhnya inisiatif masyarakat Indonesia di Abuja yang ingin menampilkan suasana yang berbeda, dalam mengenang jasa-jasa Ibu Kartini dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di Indonesia. Serta mempromosikan budaya, seni, dan kuliner asli Indonesia kepada masyarakat luas di Nigeria.
Dalam mewujudkan kegiatan tersebut, komunitas masyarakat perempuan Indonesia yang diketuai oleh Ibu Rosa Ilic--salah satu WNI yang telah berdomisili lebih dari 30 tahun di Nigeria--, bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan dan keluarga besar KBRI Abuja, menggagas penyelenggaran Hari Kartini Tahun 2012 dalam bentuk pertunjukan live band dan kesenian Indonesia, tarian dan angklung serta kuliner dan wisata Indonesia.


sources:
http://citizenimages.kompas.com/                   
http://www.tni.mil.id/           
http://www.deplu.go.id/               
http://www.indonesia-bern.org/           
http://travel.detik.com/
http://www.infongawi.com/
http://bisnis.news.viva.co.id/
http://buruhmigran.or.id/
bilamana terdapat kesalahan, mohon diralat, terima kasih

Rabu, 03 April 2013

Kisah para penjual kerupuk

Mereka yang pantang menyerah di negeri ini.

Keterbatasan bukan menjadi alasan untuk berpangku tangan. Semangat untuk terus bekerja mencari penghasilan tetap harus dilakukan untuk meniti kehidupan. Kisah para penjual kerupuk


1. Agus Wahyono
Agus wahyono
Agus Wahono, 44 tahun, berjalan kaki sekitar 20 kilometer setiap harinya untuk berjualan kerupuk. Perjalanan sejauh itu ditempuhnya tanpa indra penglihatan, karena Agus adalah seorang tunanetra.
Ada banyak penjual kerupuk tunanetra seperti Agus. “Kalo pagi dari rumah Meruya Selatan, muter dulu ke Kelapa Dua, Relasi Jl Arteri, sorenya mangkal di Joglo,” kata Sahwono, juga tunanetra pedagang kerupuk. Rute itu berjarak tak kurang dari 10 km.
Biasanya para pedagang kerupuk tunanetra ini berjualan di jalan dari pagi hingga sore hari atau malam hari. Pukul 9 pagi hingga 4 sore, atau berangkat pukul 2 siang hingga 9 malam. Permasalahan seperti polusi kendaraan dan kemacetan menjadi makanan sehari-hari.


2. Tati Sugiarto
tati s
Tati Sugiarto (50 tahun) mengenang masa dimana kepentingan tunanetra diperhatikan penguasa kota. “Dulu di zaman Ali Sadikin, tunanetra yang berbekal tongkat merah putih sangat diperhatikan. Bila sudah mengangkat tongkat, pengendara motor tidak akan berani ngebut,” kata Tuti.
Kini mereka berharap pemerintah kota menyediakan lampu merah dengan suara. Tunanetra juga ingin ada jalan khusus bagi tuna netra di jalan-jalan kecil yang mereka lalui, bukan hanya di jalan besar utama di Jakarta. Beberapa bahkan hanya mengharapkan pembuatan selokan yang lebih ramah. Mereka menginginkan selokan yang tidak terlalu dalam (karena banyaknya kemungkinan terjerembab), dilapisi dengan kawat atau ditutup rapat.


3. Andi Arifin
jual kerupuk
Keterbatasan bukan menjadi alasan untuk berpangku tangan. Semangat untuk terus bekerja mencari penghasilan tetap harus dilakukan untuk meniti kehidupan. Demikian prinsip hidup yang hingga kini dipegang teguh Andi Arifin (37). Walaupun memiliki keterbatasan penglihatan, dia memilih bekerja keras dengan berdagang kerupuk keliling.
HILIR mudik kendaraan menghiasi ruas Jalan Rasuna Said, Telukbetung Utara, Bandarlampung, kemarin siang. Tak jarang satu sama lain mencoba mendahului. Akibatnya, penyeberang jalan harus berhati-hati berjalan memotong laju kendaraan. Terlebih bagi Andi yang sejak usia delapan tahun harus kehilangan penglihatannya.
Dengan mengandalkan indra pendengaran dan sebuah tongkat besi di genggamannya, ia mencoba mengamati kapan waktu yang tepat agar dapat menyeberang. Sesekali dirinya yang saat itu turut memikul kerupuk jualannya memberanikan diri untuk menyeberang. Namun suara klakson dari kendaraan berkecepatan tinggi berkali-kali menghentikan kakinya untuk menginjak aspal.


4. Yono
jual kerupuk
Bagi anda yang sering berlalu-lalang di kawasan Palmerah Jakarta Barat mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosoknya Yono, seorang pedagang kerupuk yang biasa berkeliling di kawasan sekitar pasar Palmerah Jakarta Barat. Yono bukanlah penjual kerupuk keliling biasa, dia adalah seorang tuna netra. Di Jakarta, dia tinggal bersama seorang istri dan dua orang anaknya.
Sehari-hari, Pria asal Pemalang, Jawa Tengah, ini berkeliling kawasan Palmerah untuk menjajakan kerupuknya kepada warga. Yono mulai berkeliling dari pukul tujuh pagi hingga lima sore. Yono mengaku terpaksa memilih berdagang kerupuk seusai berhenti menjadi tukang pijat karena kalah saing dengan panti pijat plus-plus yang marak di Jakarta.
"Saya pertama kali ikut bos ke Jakarta untuk memijat, cuma berhenti karena kalah saing dengan pijat plus-plus itu," ujarnya.
Banyak suka-duka yang sudah dialami Yono, mulai dari para pembeli yang terkadang membayar kurang hingga menabrak-nabrak saat berjalan karena belum mengenal medan. Meskipun begitu, Yono mengatakan masih banyak orang yang baik kepada dirinya. Yono tetap tabah menjalani hidupnya sebagai pedagang kerupuk keliling.


5. Saono
jual kerupuk
Keterbatasan fisik tidak membuat Saono (44) pasrah dalam menjalani hidup ini. Sebaliknya, dia terus berusaha semampunya untuk menghidupi istri dan kedua buah hatinya.
Saono adalah seorang tuna netra. Meski tidak bisa melihat, Saono tetap merantau. Dia datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dia mengambil prefesi sebagai tukang pijat. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, kini Saono menjadi "pria panggilan". Dia melayani pesanan pijit di rumah-rumah melalui telepon. "Saya ini datang ke rumah-rumah, jadi tukang pijit keluarga," ceritanya lebih lanjut.
Tetapi karena tukang pijit tuna netra makin banyak sekarang, maka panggilan untuk pijit kadang-kadang sepi, dia memilih pekerjaan sampingan sebagai penjual kerupuk. Saono diantar tukang ojek dengan bayaran Rp 10.000 pergi pulang (PP) dari kediamannya ke Jalan Joglo Raya tepatnya di Puri Botanical Residence, Jakarta Barat. Dia dan beberapa temannya sesama tuna netra dan tukang pijit menjajakan kerupuk di kawasan itu setiap sore mulai pukul 15.30 WIB sampai pukul 20.00 WIB atau paling lambat pukul 20.30 WIB.

Ahmad Saryono videos @Kompas TV


"Jangan pernah lupa untuk selalu bersyukur. Dan berbagi adalah salah satu cara untuk bersyukur atas nikmatNya."



"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir." (QS. Al-Insan: 2-3)


"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya". (QS. Ibrahim:34)

sources:
bilamana terdapat kesalahan, mohon di ralat, terima kasih, semoga bermanfaat

 

Copyright @ 2013 X-Terselubung.