Satu "tradisi" yang sering dijumpai dalam perayaan kelulusan sekolah adalah aksi corat-coret baju seragam. Entah sejak kapan aksi corat-coret tersebut menjadi tradisi. Seiring dengan maraknya aksi tersebut, acap kali dijumpai tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat, seperti mengganggu ketertiban umum, membuat keonaran.
Namun dibalik tradisi yang melekat sekian lama tersebut, ada beberapa hal yang dilakukan oleh siswa-siswi sekolah yang melakukan kegiatan positif dalam merayakan kelulusan mereka...
1. Bagi-bagi Sembako
Namun dibalik tradisi yang melekat sekian lama tersebut, ada beberapa hal yang dilakukan oleh siswa-siswi sekolah yang melakukan kegiatan positif dalam merayakan kelulusan mereka...
1. Bagi-bagi Sembako
Siswa SMA Negeri 3 Lumajang, Sabtu siang, 26 Mei 2012, membagikan sembako kepada para tukang becak sebagai wujud rasa syukur atas kelulusan mereka. Apalagi sebagai 244 siswa di sekolah tersebut semuanya lulus. “Bingkisan sembako tersebut dibeli dengan uang hasil pengumpulan uang saku para siswa,” kata Kepala SMA Negeri 3 Lumajang Widowati Tjindarsih.
Sebelumnya para siswa dikumpulkan di musala sekolah. Mereka diberi wejangan agar tidak melakukan aksi hura-hura serta corat-coret pakaian seragam. Acara kemudian dilanjutkan dengan sujud syukur yang pimpin oleh seorang guru.
Dalam suasana penuh keriangan, para siswa kemudian melaksanakan bakti sosial dengan membagikan bingkisan kepada para abang becak. Bingkisan berisi beragam bahan makanan, seperti mi instan, beras, gula, serta minyak goreng. Lebih dari 100 tukang becak yang sehari-hari mangkal di Jalan Panjaitan, Kota Lumajang, terlihat antre untuk mendapatkan jatah bingkisan.
Sebelumnya para siswa dikumpulkan di musala sekolah. Mereka diberi wejangan agar tidak melakukan aksi hura-hura serta corat-coret pakaian seragam. Acara kemudian dilanjutkan dengan sujud syukur yang pimpin oleh seorang guru.
Dalam suasana penuh keriangan, para siswa kemudian melaksanakan bakti sosial dengan membagikan bingkisan kepada para abang becak. Bingkisan berisi beragam bahan makanan, seperti mi instan, beras, gula, serta minyak goreng. Lebih dari 100 tukang becak yang sehari-hari mangkal di Jalan Panjaitan, Kota Lumajang, terlihat antre untuk mendapatkan jatah bingkisan.
2. Ziarah Makam Walisongo & Makam Pahlawan
Ada yang tak pernah berubah pada para pelajar MA Qudsiyyah Kudus, dari dulu hingga sekarang, yakni terkait perayaan kelulusan. Di mana, para pelajar MA Qudsiyyah Kudus tak pernah sekalipun dengan hura-hura ataupun corat-coret pakaian, seperti yang dilakukan pelajar sekolah lainnya. Justru, kelulusan dilakukan dengan cara yang sederhana namun tak mengurangi rasa syukur atas kelulusan tersebut.
Mayoritas siswa melakukan ziarah pada tiga wali dari sembilan wali di Jawa yang kondang dengan sebutan Walisongo. Ketiga wali tersebut, masing-masing Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga. ''Selesai pengumuman itu juga kita bareng-bareng pergi ziarah hingga tengah malam,'' terang M Hasan, siswa lain yang juga lulus dengan nilai 47,00.
Santri Pondok Pesantren Raidlatul Muta'allimin, Jagalan, Langgar Dalem Kudus itu menjelaskan, usai menerima kelulusan, kemudian para siswa ziarah ke Sunan Kudus, dilanjutkan ke sunan Muria dan juga Sunan Kalijaga di Demak. ''Ziarah ke tiga sunan ini menjadi hal yang terus dilakukan,'' kata Hasan.
SMK 17 Temanggung mengumumkan kelulusan sekolah pada siswanya di Taman Makam Pahlawan Prayudha Mudal, Sabtu (26/5). Setelah pengumuman, para siswa diwajibkan menggelar doa serta melakukan tabur bunga kepada para pahlawan.
Ziarah dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB, usai menggelar rapat penegasan kelulusan siswa yang dilangsungkan di sekolah. Begitu rapat selesai, siswa langsung digiring ke Taman makam pahlawan yang berjarak 5 kilometer dari sekolah. Disini, pengumuman dilakukan khusus bagi siswa.
Gelar doa dilakukan dengan duduk bersila yang dipimpin guru agama, Iswalsi. Setelah selesai berdoa, mereka menaburkan bunga di setiap pusara di makam pahlawan tersebut.
Mayoritas siswa melakukan ziarah pada tiga wali dari sembilan wali di Jawa yang kondang dengan sebutan Walisongo. Ketiga wali tersebut, masing-masing Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga. ''Selesai pengumuman itu juga kita bareng-bareng pergi ziarah hingga tengah malam,'' terang M Hasan, siswa lain yang juga lulus dengan nilai 47,00.
Santri Pondok Pesantren Raidlatul Muta'allimin, Jagalan, Langgar Dalem Kudus itu menjelaskan, usai menerima kelulusan, kemudian para siswa ziarah ke Sunan Kudus, dilanjutkan ke sunan Muria dan juga Sunan Kalijaga di Demak. ''Ziarah ke tiga sunan ini menjadi hal yang terus dilakukan,'' kata Hasan.
SMK 17 Temanggung mengumumkan kelulusan sekolah pada siswanya di Taman Makam Pahlawan Prayudha Mudal, Sabtu (26/5). Setelah pengumuman, para siswa diwajibkan menggelar doa serta melakukan tabur bunga kepada para pahlawan.
Ziarah dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB, usai menggelar rapat penegasan kelulusan siswa yang dilangsungkan di sekolah. Begitu rapat selesai, siswa langsung digiring ke Taman makam pahlawan yang berjarak 5 kilometer dari sekolah. Disini, pengumuman dilakukan khusus bagi siswa.
Gelar doa dilakukan dengan duduk bersila yang dipimpin guru agama, Iswalsi. Setelah selesai berdoa, mereka menaburkan bunga di setiap pusara di makam pahlawan tersebut.
3. Donor Darah
Merayakan kelulusan ujian nasional identik dengan aksi corat-coret baju seragam dan konvoi kendaraan di jalan raya. Namun, berbeda dengan siswa-siswi di SMA Negeri 1 Pajangan, Bantul.
Mereka justru merayakan kelulusan dengan kegiatan aksi donor darah, memberikan santunan ke anak yatim, dan berkunjung ke pasien miskin di Rumah Sakit Daerah Penembahan Senopati, Senin (16/5/2011).
Sebelum mengikuti kegiatan tersebut, semua siswa mengawali dengan sujud syukur di mushala sekolah. "Kegiatan ini sengaja kami lakukan agar perayaan kelulusan di sekolah kami lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain," kata Wakil Kepala Sekolah Heri Supartono.
Aksi corat-coret, menurut Heri, tidak banyak memberikan manfaat. Bahkan, konvoi kendaraan bermotor dengan suara knalpot yang keras justru sering dikeluhkan masyarakat.
Heri menjelaskan, 103 siswa dibagi menjadi tiga kelompok dengan tugas terpisah. "Kelompok pertama akan mendatangi panti asuhan anak yatim untuk memberikan santunan, kelompok kedua akan berkunjung ke Rumah Sakit Panembahan Senopati untuk mengunjungi pasien miskin, dan kelompok ketiga akan mendonorkan darahnya di PMI," kata Heri.
Tahun ini semua siswa kelas XII yang terdiri dari 53 putra dan 50 putri berhasil lulus 100 persen. Sementara itu, secara umum Bantul meraih predikat angka kelulusan tertinggi di Provinsi DIY untuk kali yang keempat sejak tahun 2008.
Mereka justru merayakan kelulusan dengan kegiatan aksi donor darah, memberikan santunan ke anak yatim, dan berkunjung ke pasien miskin di Rumah Sakit Daerah Penembahan Senopati, Senin (16/5/2011).
Sebelum mengikuti kegiatan tersebut, semua siswa mengawali dengan sujud syukur di mushala sekolah. "Kegiatan ini sengaja kami lakukan agar perayaan kelulusan di sekolah kami lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain," kata Wakil Kepala Sekolah Heri Supartono.
Aksi corat-coret, menurut Heri, tidak banyak memberikan manfaat. Bahkan, konvoi kendaraan bermotor dengan suara knalpot yang keras justru sering dikeluhkan masyarakat.
Heri menjelaskan, 103 siswa dibagi menjadi tiga kelompok dengan tugas terpisah. "Kelompok pertama akan mendatangi panti asuhan anak yatim untuk memberikan santunan, kelompok kedua akan berkunjung ke Rumah Sakit Panembahan Senopati untuk mengunjungi pasien miskin, dan kelompok ketiga akan mendonorkan darahnya di PMI," kata Heri.
Tahun ini semua siswa kelas XII yang terdiri dari 53 putra dan 50 putri berhasil lulus 100 persen. Sementara itu, secara umum Bantul meraih predikat angka kelulusan tertinggi di Provinsi DIY untuk kali yang keempat sejak tahun 2008.
4. Menyumbangkan Seragam
Corat-coret seragam saat lulusan sekolah bukan zamannya lagi, itulah prinsip siswa SMA 7 Kota Kediri. Bertepatan pengumuman kelulusan, para siswa kelas 3 beramai-ramai menyumbangkan seragamnya ke adik kelas yang membutuhkan.
Di hadapan ratusan adik kelasnya, para siswa yang lulus melucuti seragam yang dipakai dan membuat sorak ramai para siswa yang memberi dukungan. Untuk menarik siswa menyumbangkan seragamnya, pihak sekolah bekerjasama dengan penggemar club sepak bola Itali AC Milan atau milanisti Indonesia di Kediri.
Baju-baju seragam diserahkan dengan ditukar sticker AC Milan yang kemudian seragam akan diserahkan kepada siswa yang membutuhkan.
Di hadapan ratusan adik kelasnya, para siswa yang lulus melucuti seragam yang dipakai dan membuat sorak ramai para siswa yang memberi dukungan. Untuk menarik siswa menyumbangkan seragamnya, pihak sekolah bekerjasama dengan penggemar club sepak bola Itali AC Milan atau milanisti Indonesia di Kediri.
Baju-baju seragam diserahkan dengan ditukar sticker AC Milan yang kemudian seragam akan diserahkan kepada siswa yang membutuhkan.
5. Konvoi Sepeda, Ramah lingkungan & tidak bising
Cara unik dilakukan ratusan pelajar SMAN 1 Situbondo merayakan pesta kelulusan, Sabtu (26/5/2012). Saat dinyatakan lulus, sebanyak 316 siswa SMAN setempat langsung corat-coret baju seragam dan turun ke jalan.
Mereka menggelar konvoi keliling Kota Situbondo. Hanya saja, konvoi yang dilakukan tidak menimbulkan kebisingan karena hanya menggunakan sepeda onthel. Meski hanya mengayuh sepeda pedal, arak-arakan pelajar ini tetap dikawal polisi.
Tak heran, cara menarik siswa SMAN 1 Situbondo merayakan kelulusan itu mengundang perhatian warga hingga banyak yang menonton. Aneka macam model sepeda onthel digunakan para siswa mengikuti konvoi, mulai dari jenis sepeda kuno, sepeda mini yang dimodifikasi, sepeda gunung, dan jenis sepeda onthel lainnya.
Mereka menggelar konvoi keliling Kota Situbondo. Hanya saja, konvoi yang dilakukan tidak menimbulkan kebisingan karena hanya menggunakan sepeda onthel. Meski hanya mengayuh sepeda pedal, arak-arakan pelajar ini tetap dikawal polisi.
Tak heran, cara menarik siswa SMAN 1 Situbondo merayakan kelulusan itu mengundang perhatian warga hingga banyak yang menonton. Aneka macam model sepeda onthel digunakan para siswa mengikuti konvoi, mulai dari jenis sepeda kuno, sepeda mini yang dimodifikasi, sepeda gunung, dan jenis sepeda onthel lainnya.
6. Doa Bersama
Megi, siswa SMK swasta yang mengikuti doa bersama ini mengatakan, dengan merayakan kelulusan secara doa secara bersama dipandang lebih santun dan baik daripada berhura-hura di jalanan dan mencoret baju.
Kegiatan doa ini merupakan inisiatif siswa yang didukung pihak sekolah dengan menyediakan fasilitas tempat dan ikut bersama-sama siswa berdoa.
Ia mengaku sebelumnya telah ada arahan dari sekolah untuk tidak berlebihan dalam merayakan kelulusan.
“Selama tiga tahun berjuang dan belajar di bangku sekolah, dan akhirnya dinyatakan lulus. Ini patut disyukuri dengan melakukan doa sebagai ungkapan rasa syukur, dan lebih baik daripada lakukan kegiatan yang mubazir dan berlebihan,” kata Megi.
Kegiatan doa ini merupakan inisiatif siswa yang didukung pihak sekolah dengan menyediakan fasilitas tempat dan ikut bersama-sama siswa berdoa.
Ia mengaku sebelumnya telah ada arahan dari sekolah untuk tidak berlebihan dalam merayakan kelulusan.
“Selama tiga tahun berjuang dan belajar di bangku sekolah, dan akhirnya dinyatakan lulus. Ini patut disyukuri dengan melakukan doa sebagai ungkapan rasa syukur, dan lebih baik daripada lakukan kegiatan yang mubazir dan berlebihan,” kata Megi.
7. Alternatif corat-coret, Kreatifitas di kain sepanjang 33 meter
Menyikapi aksi corat-coret baju, sebagai luapan suka cita kegembiraan para siswa menyambut kelulusan tahunan yang sulit dihindarkan, SMP Negeri 3 Wonogiri memberikan solusi kreatif. Bersamaan dengan pengumuman kelulusan Sabtu siang (2/6), sekolah membentangkan kain mori putih bahan spanduk sepanjang 33 meter. Ini sebagai media spektakuler, untuk pelampiasan aksi massal corat-coret para siswa kelas 9.
"Anak-anak tidak usah mencorat-coret baju seragamnya. Tapi silahkan melakukan aksi corat-coret menuliskan kesan, pesan dan harapan, atau apa saja yang dikehendaki, pada kain mori yang kami sediakan," tandas Kepala SMP Negeri 3 Wonogiri Sutopo SPd MPd MM. Panjang kain dibuat 33 meter, dikandung maksud sebagai angka pengingat bersamaan dengan HUT sekolah Ke 33 di tahun 2012.
Pengawas SMP/SMA Disdik Wonogiri Drs Bambang Eko Sarwono MM, yang datang ke SMP Negeri 3 Wonogiri, menyatakan, aksi semacam ini merupakan ide kretaif yang patut diacungi jempol. "Ini baru pertamakalinya dilakukan di Kabupaten Wonogiri, dan bahkan mungkin menjadi yang pertama di Indonesia," tandas Bambang Eko Sarwono yang juga menjabat Ketua Asosiasi Pengawas Pendidikan Seluruh Indonesia (APPSI) ini.
"Anak-anak tidak usah mencorat-coret baju seragamnya. Tapi silahkan melakukan aksi corat-coret menuliskan kesan, pesan dan harapan, atau apa saja yang dikehendaki, pada kain mori yang kami sediakan," tandas Kepala SMP Negeri 3 Wonogiri Sutopo SPd MPd MM. Panjang kain dibuat 33 meter, dikandung maksud sebagai angka pengingat bersamaan dengan HUT sekolah Ke 33 di tahun 2012.
Pengawas SMP/SMA Disdik Wonogiri Drs Bambang Eko Sarwono MM, yang datang ke SMP Negeri 3 Wonogiri, menyatakan, aksi semacam ini merupakan ide kretaif yang patut diacungi jempol. "Ini baru pertamakalinya dilakukan di Kabupaten Wonogiri, dan bahkan mungkin menjadi yang pertama di Indonesia," tandas Bambang Eko Sarwono yang juga menjabat Ketua Asosiasi Pengawas Pendidikan Seluruh Indonesia (APPSI) ini.
8. Bakti Sosial, Santunan Panti Asuhan
Berbagai perayaan kelulusan UN biasanya dilakukan dengan aksi corat-coret baju seragam dan konvoi kendaraan bermotor sepertinya hal yang paling sering dilakukan untuk merayakan kelulusan. Setelah aksi corat-coret kebanyakan mereka memenuhi jalan dengan berkonvoi motor yang tak jarang menyebabkan kemacetan.
Namun ada juga siswa-siswi yang merayakan kelulusannya dengan cara yang positif.
Dalam rangka mengungkapkan rasa syukur karena telah diberi kemudahan dalam melaksanakan UNAS (Ujian Nasional) tahun 2010/2011 dan telah dinyatakan lulus 100 persen maka siswa-siswi SMA Negeri 1 Pajangan mengadakan anjangsana bakti sosial dengan memberi santunan ke panti sosial dan panti asuhan di lingkungan Kabupaten Bantul dan sekitarnya serta menjenguk pasien miskin di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Acara tersebut dilaksanakan pada Senin (16/05) bersamaan dengan pengumuman kelulusan SMA 2011 yang di ikuti 30 siswa dan 5 guru pendamping.
RSUD Panembahan Senopati Bantul mengucapkan selamat kepada siswa-siswi yang lulus tahun ini. Semoga bisa menjadi contoh bagi SMA lainnya.
Namun ada juga siswa-siswi yang merayakan kelulusannya dengan cara yang positif.
Dalam rangka mengungkapkan rasa syukur karena telah diberi kemudahan dalam melaksanakan UNAS (Ujian Nasional) tahun 2010/2011 dan telah dinyatakan lulus 100 persen maka siswa-siswi SMA Negeri 1 Pajangan mengadakan anjangsana bakti sosial dengan memberi santunan ke panti sosial dan panti asuhan di lingkungan Kabupaten Bantul dan sekitarnya serta menjenguk pasien miskin di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Acara tersebut dilaksanakan pada Senin (16/05) bersamaan dengan pengumuman kelulusan SMA 2011 yang di ikuti 30 siswa dan 5 guru pendamping.
RSUD Panembahan Senopati Bantul mengucapkan selamat kepada siswa-siswi yang lulus tahun ini. Semoga bisa menjadi contoh bagi SMA lainnya.
9. Shalat Berjamaah
Banda Aceh – Perayaan kelulusan yang dilakukan sejumlah siswa di Aceh sedikit berbeda dengan tradisi yang biasanya dilakukan siswa, yakni mencoret pakaian sekolah setelah mengetauhi hasil Ujian Nasional (UN) SMA/MA sederajat.
Sebagian siswa di Banda Aceh dan Aceh Besar memilih melakukan perayaan hasil UN dengan salat berjamaah sembari berfoto bersama guru di masjid Raya Baiturrahman, Sabtu (26/5).
Seorang siswa SMA Negeri 7 Banda Aceh, Desi Wahyuni (18) mengatakan, perayaan hasil UN bersama teman-temannya hanya dilakukan di Masjid Raya Baiturrahman dengan melakukan salat berjamaah sekaligus foto bersama. “Kami melakukan perayaan hasil UN dengan salat berjamaah,” katanya.
Dikatakan, sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat kelulusan yang dilimpahkan Allah kepada mereka, maka alangkah baiknya merayakan dengan cara-cara yang baik seperti salat dan syujud syukur.
Selain dinilai cukup mulia, salat berjamaah itu juga memang sudah diniatkan bersama sebelum pengumuman hasil UN. Bila mereka lulus, maka akan dirayakan sesuai dengan syariat di masjid kebanggaan masyarakat Aceh itu.
Sebagian siswa di Banda Aceh dan Aceh Besar memilih melakukan perayaan hasil UN dengan salat berjamaah sembari berfoto bersama guru di masjid Raya Baiturrahman, Sabtu (26/5).
Seorang siswa SMA Negeri 7 Banda Aceh, Desi Wahyuni (18) mengatakan, perayaan hasil UN bersama teman-temannya hanya dilakukan di Masjid Raya Baiturrahman dengan melakukan salat berjamaah sekaligus foto bersama. “Kami melakukan perayaan hasil UN dengan salat berjamaah,” katanya.
Dikatakan, sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat kelulusan yang dilimpahkan Allah kepada mereka, maka alangkah baiknya merayakan dengan cara-cara yang baik seperti salat dan syujud syukur.
Selain dinilai cukup mulia, salat berjamaah itu juga memang sudah diniatkan bersama sebelum pengumuman hasil UN. Bila mereka lulus, maka akan dirayakan sesuai dengan syariat di masjid kebanggaan masyarakat Aceh itu.
10. Kreativitas Tarian Massal
Dikutip dari sumbernya:
Persembahan dari alumni paling ”gress” SMA N 1 Sleman yaitu angkatan 2012. ini merupakan wujud terimakasih angkatan 2012 kepada SMA N 1 Sleman dengan cara kami
26 Mei 2012 adalah pengumuman kelulusan SMA se indonesia. kami bersyukur tahun ini SMA kami lulus 100% lagi. Beberapa persiapan perayaan sudah disiapkan jauh2 hari. kami sudah berlatih sekitar satu minggu menyewa tempat dengan uang kami sendiri (urunan) untuk mempersiapkan flashmob tersebut. Leader kami Taufik Sanusi, ia menjadi salah satu anggota komunitas flashmob di TBY. kami sangat bersyukur angkatan 012 ini dapat memiliki kekompakan yang luar biasa. sehingga rasa kebersamaan dan persaudaraan terjalin diantara kami.
Persembahan dari alumni paling ”gress” SMA N 1 Sleman yaitu angkatan 2012. ini merupakan wujud terimakasih angkatan 2012 kepada SMA N 1 Sleman dengan cara kami
26 Mei 2012 adalah pengumuman kelulusan SMA se indonesia. kami bersyukur tahun ini SMA kami lulus 100% lagi. Beberapa persiapan perayaan sudah disiapkan jauh2 hari. kami sudah berlatih sekitar satu minggu menyewa tempat dengan uang kami sendiri (urunan) untuk mempersiapkan flashmob tersebut. Leader kami Taufik Sanusi, ia menjadi salah satu anggota komunitas flashmob di TBY. kami sangat bersyukur angkatan 012 ini dapat memiliki kekompakan yang luar biasa. sehingga rasa kebersamaan dan persaudaraan terjalin diantara kami.
Kami bertekad merubah kebudayaan sekolah yang awalnya perayaan kelulusan diidentikan dengan coret2 baju dan gembor2an motor di jalanan menjadi kreativitas tanda tangan serta menggambar di kain panjang , flashmob dan menyumbangkan baju bekas untuk saudara2 yg kurang mampu. semoga apa yang telah kami upayakan dapat memotivasi adik2 kelas khususnya di SMA kami dan lebih global lagi untuk jiwa2 muda bangsa indonesia.
sources:
http://regional.kompas.com/
http://www.langitberita.com/
http://www.tempo.co/
http://www.nu.or.id/
http://news.detik.com/
http://news.detik.com/
http://www.citizenjurnalism.com/
http://rsudps.bantulkab.go.id/
http://seputaraceh.com/
http://krjogja.com/
http://edukasi.kompasiana.com/
http://www.langitberita.com/
http://www.tempo.co/
http://www.nu.or.id/
http://news.detik.com/
http://news.detik.com/
http://www.citizenjurnalism.com/
http://rsudps.bantulkab.go.id/
http://seputaraceh.com/
http://krjogja.com/
http://edukasi.kompasiana.com/
bilmana terdapat kesalahan, mohon di ralat, terima kasih
0 komentar:
Posting Komentar