Tunanetra bukan merupakan halangan utama bagi Rachel Stefanie Halim untuk mendapatkan pendidikan dan berkarya seperti halnya orang normal.
Dalam keadaannya sebagai penyandang tunanetra, yang lebih istimewa lagi Rachel mampu menulis sebuah buku yang memberikan semangat pada dirinya dan juga mendorong orang lain, terutama sesama penyandang cacat.
Buku berjudul “Aku Buta Tapi Melihat” dengan tebal sekitar 200 halaman, berhasil diluncurkan pada Juni 2012, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, wanita berusia 31 tahun itu terus bergelut dengan karyanya itu. Pada usia enam tahun, Rachel pernah divonis oleh dokter bahwa ia akan menjadi buta karena kelainan pada retina matanya (Retinitis Pigmentosa).
Dalam keadaannya sebagai penyandang tunanetra, yang lebih istimewa lagi Rachel mampu menulis sebuah buku yang memberikan semangat pada dirinya dan juga mendorong orang lain, terutama sesama penyandang cacat.
Buku berjudul “Aku Buta Tapi Melihat” dengan tebal sekitar 200 halaman, berhasil diluncurkan pada Juni 2012, yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, wanita berusia 31 tahun itu terus bergelut dengan karyanya itu. Pada usia enam tahun, Rachel pernah divonis oleh dokter bahwa ia akan menjadi buta karena kelainan pada retina matanya (Retinitis Pigmentosa).
Kemajuan teknologi, merupakan sesuatu yang sangat mendukung perkembangan kehidupan penyandang disabilitas, khususnya tunanetra. Perangkat lunak pembaca layar, printer Braille, jam bicara, serta sejumlah peralatan teknologi lainnya, sangat diperlukan tunanetra dalam rangka memfasilitasi kemandirian. Sayangnya, alat-alat tersebut masih sulit diperoleh di Indonesia. Alasan itulah yang kemudian mendorong Suratim Bagaskara untuk membuka toko yang menyediakan berbagai macam alat bantu tunanetra.
Braille Adaptive. Seperti itulah Suratim memberi nama tokonya. Jenis produk yang disediakan beraneka ragam, mulai dari PACMate Omni Aksesibel (Poket PC untuk Tunanetra), Thermometer bicara, Magic for Windows (Program kaca Pembesar), Victor Reader StratusS (Pemutar buku Bicara), PlexTalk (Pemutar / Perekam buku Bicara berformat DAISY) dan lain-lain. Ia menjual barang dagangannya secara online pada website www.brailleadaptive.com. Sejak memulai bisnisnya tahun 2003 silam, hingga saat ini Suratim telah memiliki beberapa cabang toko secara offline. Tidak hanya berjualan di rumahnya di kawasan Bogor, Suratim pun telah memiliki toko cabang di negeri Jiran.
Braille Adaptive. Seperti itulah Suratim memberi nama tokonya. Jenis produk yang disediakan beraneka ragam, mulai dari PACMate Omni Aksesibel (Poket PC untuk Tunanetra), Thermometer bicara, Magic for Windows (Program kaca Pembesar), Victor Reader StratusS (Pemutar buku Bicara), PlexTalk (Pemutar / Perekam buku Bicara berformat DAISY) dan lain-lain. Ia menjual barang dagangannya secara online pada website www.brailleadaptive.com. Sejak memulai bisnisnya tahun 2003 silam, hingga saat ini Suratim telah memiliki beberapa cabang toko secara offline. Tidak hanya berjualan di rumahnya di kawasan Bogor, Suratim pun telah memiliki toko cabang di negeri Jiran.
Selain situs pribadi milik penulis, beberapa orang tunanetra di Indonesia yang cukup aktif ber-internet pun mendirikan KARTUNET. Tenang, ini bukan situs film kartun atau kartu telepon, melainkan wadah bagi tunanetra untuk menuangkan karya-karyanya. Karena KARTUNET sendiri merupakan singkatan dari Karya Tunanetra, yang situsnya dapat diakses melalui www.kartunet.com.
Lewat KARTUNET, pengunjung dapat membaca berbagai konten yang dikirimkan oleh tunanetra yang menjadi anggotanya. Ada CERPEN, puisi, bahkan essay yang tak kalah kualitasnya dengan karya penulis-penulis berpenglihatan. Jika ingin berinteraksi dengan anggota KARTUNET, Anda juga dapat bergabung di forum KARTUNET yang juga dimoderatori oleh tunanetra.
Salah seorang pentolan KARTUNET yang bernama lengkap Aris Yohanes ternyata juga menekuni bidang programming! Bayangkan! Tanpa bantuan penglihatan, Aris telah menguasai Visual Basic dan beberapa bahasa pemrograman berbasis teks lainnya.
Lewat KARTUNET, pengunjung dapat membaca berbagai konten yang dikirimkan oleh tunanetra yang menjadi anggotanya. Ada CERPEN, puisi, bahkan essay yang tak kalah kualitasnya dengan karya penulis-penulis berpenglihatan. Jika ingin berinteraksi dengan anggota KARTUNET, Anda juga dapat bergabung di forum KARTUNET yang juga dimoderatori oleh tunanetra.
Salah seorang pentolan KARTUNET yang bernama lengkap Aris Yohanes ternyata juga menekuni bidang programming! Bayangkan! Tanpa bantuan penglihatan, Aris telah menguasai Visual Basic dan beberapa bahasa pemrograman berbasis teks lainnya.
Seorang tunanetra yang memiliki situs yang beralamat di www.ramaditya.com ini sudah online sejak 2003, dan masih aktif hingga sekarang, berdampingan dengan akun Multiply, Facebook, Twitter, dan YouTube, yang juga penulis gunakan sebagai media interaksi di internet.
Lewat situs pribadi dan beberapa akun jejaring sosial di atas, penulis coba berpartisipasi di ranah online dengan menyajikan kisah hidup penulis sebagai jurnalis, pemusik, blogger, dan trainer tunanetra.
Penulis juga bercerita tentang berbagai perjalanan keliling Indonesia yang penulis lakukan, baik via foto atau pun video. Ini tentu saja sebagai wujud cinta penulis terhadap Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa ternyata tunanetra pun bisa menyajikan konten berupa foto dan video, meski banyak terdapat kekurangan di sana-sini.
Sayangnya kasus pembohongan publik dilakukan oleh Ramaditya ibarat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga", menyebabkan tercorengnya nama Ramaditya di kalangan para blogger dan masyarakat umum.
Lewat situs pribadi dan beberapa akun jejaring sosial di atas, penulis coba berpartisipasi di ranah online dengan menyajikan kisah hidup penulis sebagai jurnalis, pemusik, blogger, dan trainer tunanetra.
Penulis juga bercerita tentang berbagai perjalanan keliling Indonesia yang penulis lakukan, baik via foto atau pun video. Ini tentu saja sebagai wujud cinta penulis terhadap Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa ternyata tunanetra pun bisa menyajikan konten berupa foto dan video, meski banyak terdapat kekurangan di sana-sini.
Sayangnya kasus pembohongan publik dilakukan oleh Ramaditya ibarat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga", menyebabkan tercorengnya nama Ramaditya di kalangan para blogger dan masyarakat umum.
5. Chrysanova Dewi
Website/blog: www.crisanova.co.cc
Tak hanya pria, ternyata wanita tunanetra pun sudah mulai nge-blog. Tengok saja laman pribadi milik Chrysanova Dewi yang beralamat di www.crisanova.co.cc
Nova, begitu panggilan akrabnya, sangat menyukai cerita fiksi. Ia pun tertarik menuangkan imajinasinya ke dalam blog. Memang, untuk soal berimajinasi Nova tidak mengalami kesulitan berarti, karena dulunya penglihatan Nova masih dapat berfungsi, namun karena satu dan lain hal kini ia kehilangan fungsi penglihatannya.
Soal update, Nova tergolong cukup rajin mengisi blognya. Saat ini, ia tengah menggarap sebuah kisah fiksi bersambung yang selalu di-update setiap bulannya.
Budi Darmawan. Seorang blogger Tunanetra yang dengan segala keterbatasannya, mempunyai tekad baja untuk belajar ngeblog dengan tujuan cuma satu yaitu bisa berbagi informasi.
Yang menjadikan kita salut sama sobat Budi adalah media yang digunakan untuk ngeblog. Berbekal hape jadul Nokia 6680 s60v2 dan Screen reader (alat pembaca layar untuk tunanetra), sobat Budi berusaha menyajikan postingan informasi yang berkualitas melalui blognya yaitu http://blindzone.mywapblog.com
tanpa memandang kekurangan yang dialaminya, kita saling mendukung kepada sobat Budi agar terus semangat dalam ngeblog yang semoga hal ini menjadi salah satu bagian dalam hidupnya yang bisa membuat Tersenyum.
Silakan menuju http://blindzone.mywapblog.com atau http://berandanetra.wordpress.com untuk menyapa dan saling mengenal dengan bertukar link. Untuk aktifitas saling Follow, kemungkinan sobat Budi agak sedikit terganggu dengan tampilan beberapa blog kita seperti punyaku yang agak sulit untuk dibacanya.
Yang menjadikan kita salut sama sobat Budi adalah media yang digunakan untuk ngeblog. Berbekal hape jadul Nokia 6680 s60v2 dan Screen reader (alat pembaca layar untuk tunanetra), sobat Budi berusaha menyajikan postingan informasi yang berkualitas melalui blognya yaitu http://blindzone.mywapblog.com
tanpa memandang kekurangan yang dialaminya, kita saling mendukung kepada sobat Budi agar terus semangat dalam ngeblog yang semoga hal ini menjadi salah satu bagian dalam hidupnya yang bisa membuat Tersenyum.
Silakan menuju http://blindzone.mywapblog.com atau http://berandanetra.wordpress.com untuk menyapa dan saling mengenal dengan bertukar link. Untuk aktifitas saling Follow, kemungkinan sobat Budi agak sedikit terganggu dengan tampilan beberapa blog kita seperti punyaku yang agak sulit untuk dibacanya.
Hendro Utomo lahir di Jakarta, pada 8 Juli 1981 ini mulai mencintai dunia kepenulisan sejak bekerja sebagai editor di pelbagai media cetak. Penulis tunanetra ini menyukai gaya tulisan yang deskriptif dan lugas.
Hendro Utomo adalah seorang penulis yang terserang Glukoma, yang kemudian kehilangan penglihatannya. Meskipun kini berstatus tunanetra, Hendro Utomo pantang menyerah dalam menghadapi keadaan dan tetap berkarya. Blog http://hendroutomo81.blogspot.com "dilahirkan" untuk mempublikasikan karya Hendro Utomo, beserta para sahabat yang menyayanginya. Kamu juga bisa turut memberikan dukungan kepada Hendro Utomo dengan menyumbangkan tulisanmu, untuk ditampilkan pada blog http://hendroutomo81.blogspot.com. Untuk itu, kirimkan emailmu ke: hendroutomo1981@gmail.com
Hendro Utomo adalah seorang penulis yang terserang Glukoma, yang kemudian kehilangan penglihatannya. Meskipun kini berstatus tunanetra, Hendro Utomo pantang menyerah dalam menghadapi keadaan dan tetap berkarya. Blog http://hendroutomo81.blogspot.com "dilahirkan" untuk mempublikasikan karya Hendro Utomo, beserta para sahabat yang menyayanginya. Kamu juga bisa turut memberikan dukungan kepada Hendro Utomo dengan menyumbangkan tulisanmu, untuk ditampilkan pada blog http://hendroutomo81.blogspot.com. Untuk itu, kirimkan emailmu ke: hendroutomo1981@gmail.com
8. DR. Didi Tarsidi, M.Pd
website/blog: http://d-tarsidi.blogspot.com , http://www.konet.blogspot.com/
Didi Tarsidi lahir dari keluarga petani di Desa Tanjungkerta, Sumedang, Jawa Barat, 1 Juni 1951. Ia lahir dengan keadaan normal, namun menyandang tunanetra sejak usia 5 tahun. Saat itu, sejenis penyakit infeksi menyerang mata dan membuat Didi kehilangan penglihatan. Ujian hidup yang berat untuk anak seusianya. Ia berhasil menembus segala keterbatasan hingga meraih gelar doktor. Didi Tarsidi bukan hanya sosok disabilitas tunanetra yang berhasil dalam pendidikan dan kehidupan pribadi.
Ia juga sosok yang mampu berbuat banyak untuk kemajuan dunia tunanetra Indonesia. Terbukti dia terpilih menjadi Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) selama dua periode (2004 - 2009 dan 2009 - 2014).
Bagaimana Didi meniti jalan hidup dan menembus segala keterbatasan, hingga menjadi sosok tunanetra yang pantas dijadikan teladan? “Tunanetra itu karakteristik, bukan kekurangan,” ujarnya.
Ia juga sosok yang mampu berbuat banyak untuk kemajuan dunia tunanetra Indonesia. Terbukti dia terpilih menjadi Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) selama dua periode (2004 - 2009 dan 2009 - 2014).
Bagaimana Didi meniti jalan hidup dan menembus segala keterbatasan, hingga menjadi sosok tunanetra yang pantas dijadikan teladan? “Tunanetra itu karakteristik, bukan kekurangan,” ujarnya.
Menjadi penyandang disabilitas bukan merupakan halangan bagi seseorang untuk mandiri. Lihatlah Rina Prasarani, seorang penyandang tuna netra yang bisa membuktikan hal tersebut.
Rina mengidap kelainan mata sejak kecil dan mengalami kebutaan total saat duduk di bangku kuliah, namun itu tidak membuat ia berkecil hati dan patah semangat. Sekarang dirinya berhasil menjadi seorang pegawai yang mandiri di salah satu hotel bintang 5 di Jakarta.
"Sekarang saya bekerja sebagai Customer Service di hotel berbintang 5 di bilangan Jl HR Rasuna Said. Dengan gaji lumayan berkisar Rp 3-4 juta," kata Rina saat ditemui wartawan di kantor LSM Agenda, Jalan Cikini V no 15 A, Jakarta Pusat
Rina mengidap kelainan mata sejak kecil dan mengalami kebutaan total saat duduk di bangku kuliah, namun itu tidak membuat ia berkecil hati dan patah semangat. Sekarang dirinya berhasil menjadi seorang pegawai yang mandiri di salah satu hotel bintang 5 di Jakarta.
"Sekarang saya bekerja sebagai Customer Service di hotel berbintang 5 di bilangan Jl HR Rasuna Said. Dengan gaji lumayan berkisar Rp 3-4 juta," kata Rina saat ditemui wartawan di kantor LSM Agenda, Jalan Cikini V no 15 A, Jakarta Pusat
Irwan Dwi Kustanto, dilahirkan pada tanggal 7 November 1966 di Kebayoran Lama Jakarta. Anak ke 2 dari 5 bersaudara ini berayahkan seorang Pegawai Negeri Sipil yang sederhana, yang masih harus menopang kehidupan kesehariannya dengan bercocok tanam di sebidang kebun luas milik seorang tuan tanah di sekitar rumahnya.
Sebuah kejadian di umur 9 tahun, ternyata kemudian telah membawa Irwan pada satu perubahan besar dalam hidupmnya. Saat Irwan sedang belajar di kelastiga, sekejap pandangannya menjadi gelap. Dia tidak dapat lagi membaca seperti dahulu dan tak dapat lagi mengenali wajah-wajah guru serta teman-teman yang semula akrabdi kepalanya. Pandangannya menjadi kabur dan tidak terfocus pada apa yang dilihatnya sehingga teman-temanya sering mengatainya "juling".
Sulitnya hidup sebagai seorang tunanetra telah membuat Irwan memiliki banyak mimpi untuk memajukan rekan-rekannya yang juga tunanetra. Sejak tahun 1992, Irwan telah bergabung dengan Yayasan Mitra Netra, sebuah Yayasan yang didedikasikan bagi kemajuan pendidikan tunanetra. Bersama dengan rekan-rekannya yang lain, Irwan banyak mencetuskan dan membuahkan ide-ide brilian seperti mengembangkan sistem simbol braille Indonesia, menciptakan Mitra Netra Braille Converter, Mmencetuskan ide Kamus Elektronik untuk tunanetra yang dikenal sebagai Mitra Netra Electronic Dictionary, hingga mencetuskan program Seribu Buku Untuk Tunanetra. Sejak tahun...Irwan dipercaya untuk menjabat sebagai Wakil Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra.
Kerja keras seorang tunanetra bernama Irwan, akhirnya turut mendorong Yayasan Mitranetra memperoleh banyak penghargaan diantaranya; "Angin Pun Berbisik" adalah kumpulan puisi karya Irwan Dwi Kustanto dan keluarga, yang sebagian hasil penjualannya didedikasikan bagi pendanaan program Seribu Buku Untuk Tunanetra Yayasan Mitra Netra. Program Seribu Buku Untuk Tunanetra adalah sebuah program berbasiskan kerelawanan, dalam rangka mempercepat proses ketersedian buku yang aksesible bagi tunanetra(Buku Braille dan buku bicara), yang selama ini jumlah dan koleksinya masih sangat terbatas serta belum menjangkau banyak tunanetra; di Indonesia tercatat 3 juta orang atau 1,5% dari julah penduduk.
source:
http://inet.detik.com/
http://megapolitan.kompas.com/
http://indonesia.ucanews.com/
http://van_aguz.pun.bz/
http://majalahdiffa.com/
http://www.testimony-tunanetra.blogspot.com/
http://news.detik.com/
http://anginpunberbisik.blogspot.com/
http://www.kartunet.com/
bilamana terdapat kesalahan, mohon di ralat, terima kasih
Sebuah kejadian di umur 9 tahun, ternyata kemudian telah membawa Irwan pada satu perubahan besar dalam hidupmnya. Saat Irwan sedang belajar di kelastiga, sekejap pandangannya menjadi gelap. Dia tidak dapat lagi membaca seperti dahulu dan tak dapat lagi mengenali wajah-wajah guru serta teman-teman yang semula akrabdi kepalanya. Pandangannya menjadi kabur dan tidak terfocus pada apa yang dilihatnya sehingga teman-temanya sering mengatainya "juling".
Sulitnya hidup sebagai seorang tunanetra telah membuat Irwan memiliki banyak mimpi untuk memajukan rekan-rekannya yang juga tunanetra. Sejak tahun 1992, Irwan telah bergabung dengan Yayasan Mitra Netra, sebuah Yayasan yang didedikasikan bagi kemajuan pendidikan tunanetra. Bersama dengan rekan-rekannya yang lain, Irwan banyak mencetuskan dan membuahkan ide-ide brilian seperti mengembangkan sistem simbol braille Indonesia, menciptakan Mitra Netra Braille Converter, Mmencetuskan ide Kamus Elektronik untuk tunanetra yang dikenal sebagai Mitra Netra Electronic Dictionary, hingga mencetuskan program Seribu Buku Untuk Tunanetra. Sejak tahun...Irwan dipercaya untuk menjabat sebagai Wakil Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra.
Kerja keras seorang tunanetra bernama Irwan, akhirnya turut mendorong Yayasan Mitranetra memperoleh banyak penghargaan diantaranya; "Angin Pun Berbisik" adalah kumpulan puisi karya Irwan Dwi Kustanto dan keluarga, yang sebagian hasil penjualannya didedikasikan bagi pendanaan program Seribu Buku Untuk Tunanetra Yayasan Mitra Netra. Program Seribu Buku Untuk Tunanetra adalah sebuah program berbasiskan kerelawanan, dalam rangka mempercepat proses ketersedian buku yang aksesible bagi tunanetra(Buku Braille dan buku bicara), yang selama ini jumlah dan koleksinya masih sangat terbatas serta belum menjangkau banyak tunanetra; di Indonesia tercatat 3 juta orang atau 1,5% dari julah penduduk.
source:
http://inet.detik.com/
http://megapolitan.kompas.com/
http://indonesia.ucanews.com/
http://van_aguz.pun.bz/
http://majalahdiffa.com/
http://www.testimony-tunanetra.blogspot.com/
http://news.detik.com/
http://anginpunberbisik.blogspot.com/
http://www.kartunet.com/
bilamana terdapat kesalahan, mohon di ralat, terima kasih
0 komentar:
Posting Komentar